Ternate (ANTARA) - Sebanyak 36 orang pengungsi Wamena asal Maluku Utara Sabtu, dijemput pejabat Pemprov Malut dan kerabatnya setibanya di pelabuhan Ahmad Yani Ternate dengan menggunakan kapal penumpang KM Sinabung.

"Saat tiba, mereka langsung ditempatkan di ruang tunggu untuk dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh Dinas Sosial Provinsi Maluku Utara," kata Plt Kepala Dinas Sosial provinsi Maluku Utara (Malut) Andreas Thomas di Ternate, Sabtu.

Dia mengatakan sesuai data yang peroleh jumlah pengungsi sebanyak 36 orang dan mereka adalah pengungsi asal Malut yang berada Wamena Papua.

Bahkan, para pengungsi dilakukan pemeriksaan kesehatan dulu jangan sampai ada pengungsi mengalamj penyakit malaria atau penyakit lainnya, setelah itu baru mereka diarahkan Pante Sosial Himo-Himo di kelurahan Tobona, Ternate Selatan untuk diberikan makanan dan istrahat baru dilakukan pendataan.

"Kita belum pastikan apakah masih ada pengungsi yang datang atau tidak karena kita belum menerima informasi," katanya.

Baca juga: Bupati Lumajang jemput korban kerusuhan Wamena

Thomas menambahkan, para pengungsi asal Malut ini berasal dari Makian, Halmahera Selatan, Tobelo (Halut), Sanana (Kepsul) Jailolo Halbar dan kota Ternate mereka tinggal Wamena untuk mencari pekerjaan di Papua.

"Usai menjalani pemeriksaan dan pendataan, kalau ada keluarga yang datang ambil maka kita langsung serahkan ke keluarga," katanya.

Sementara itu, Abdullah Gani Ali salah satu pengungsi Wamena mengatakan alasannya memilih kembali kampung halaman dan tidak akan kembali Wamena, karena seluruh harta benda berupa rumah telah terbakar.

Puluhan pengungsi Wamena menjalani pemeriksaan kesehatan di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate (Abdul Fatah)

Dia mengakui, telah merantau ke Papua sejak tahun 1995 jadi sekitar 20 tahun bekerja sebagai pegawai Kesbangpol di kota Wamena.

Baca juga: Pemkab Trenggalek pulangkan warganya yang terdampak kerusuhan Wamena

Dia mengatakan kalau kondisi kota Wamena saat ini sudah kondusif karena sudah ada pihak keamanan tapi kita masih trauma dengan melihat kejadian yang terjadi Wamena beberapa waktu lalu, sebab, pada saat penyerangan yang terjadi Wamena semua warga memilih mengungsi di Kodim dan Polres setempat.

"Saat ini aktifitas sekolah-sekolah sudah mulai berjalan tapi belum sepenuh karena kadang cuma 10 siswa yang hadir karena sebagian besar masih trauma kejadian tersebut," kata pria asal Makian, Halmahera Selatan.

Bahkan, Puluhan pengungsi Wamena Kabupaten Jayawijaya Provinsi Papua berasal dari Malut memilih kembali ke Kota Ternate, karena merasa tidak nyaman lagi tinggal dan menetap di daerah tersebut.

Menurut dia, rasa trauma sangat sulit hilang dari warga Malut atas kerusuhan di Wamena yang terjadi pada (23/9) lalu.

Dari 273 jiwa warga asal Malut yang terkena dampak kerusuhan di Wamena ada yang memilih tetap bertahan, ada pula yang sedang dalam perjalajaj menggunakan kapal Pelni kembali ke Ternate.

"Jumlah pastinya saya tidak begitu tahu, karena mereka semua berpencar, namun diperkirakan ada 40 orang, bisa jadi lebih, itu informasi dari saudara-saudara asal Maluku Utara yang ada di Pelabuhan Jayapura, sedangkan, untuk total jumlah pengungsi di delapan pelabuhan yang disinggahi kurang lebih 4000 jiwa," katanya.

Baca juga: Dua keluarga asal Garut memilih bertahan di Wamena

Pewarta: Abdul Fatah
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019