Singapura (ANTARA News) - Harga minyak dunia mengalami kenaikan Selasa, tetapi tetap masih di bawah rekor tinggi yang dicapai pada awal bulan ini, karena pasar lebih melihat tanda-tanda melemahnya permintaan, kata para analis. Kontrak utama New York untuk minyak mentah jenis light sweet pengiriman September naik 36 sen menjadi 125,09 dolar AS per barel setelah kenaikan 1,46 dolar ditutup pada 124,73 dolar di New York Mercantile Exchange (Nymex). Minyak mentah Laut Utara Brent untuk pengiriman September naik 42 sen menjadi 126,26 dolar. Kontrak tersebut naik lebih dari 21 dolar sejak harga minyak menyentuh level di atas 147 dolar pada 11 Juli lalu. "Menjadi sangat, sangat jelas bahwa permintaan di AS mengalami penurunan," kata Jason Feer, vice pesiden dan manajer umum Asia Pasifik untuk analis pasar minyak Argus Media Ltd. Bahwa permintaan belum akan berjalan menuju pemulihan dalam jangka pendek, katanya dikutip AFP. Harga telah mengalami penurunan baru-baru ini sementara kekhawatiran dikarenakan seputar permintaan untuk minyak dalam menghadapi pelemahan yang sangat panjang dalam ekonomi Amerika Serikat, kata analis. Feer mengatakan bahwa pasar tengah menunggu aba-aba apakah permintaan juga melemah di China dan India. Konsumsi di dua negara haus energi itu telah membantu mempertahankan harga tinggi, katanya. Harga minyak menembus angka 100 dolar pada awal tahun ini dan kemudian naik secara berkelanjutan ke rekor tinggi di tengah kekhawatiran seputar pasokan, munculnya ketegangan antara Barat dan Iran menyangkut masalah program nuklir negara itu. Selain itu berbagai faktor lainnya adalah ketidakpastian situasi di Nigeria, produsen utama Afrika . Sementara dari London diberitakan, harga minyak naik pada Senin, karena perusaahaan raksasa energi Inggris-Belanda, Royal Dutch Shell mengurangi produksinya di Nigeria setelah kelompok militan melakukan sabotase pada sedikitnya satu saluran pipa pemasok minyak mentahnya. Harga juga meningkat karena pasar mengikuti perkembangan perdebatan program nuklir Iran, salah satu eksportir utama minyak dunia. "Minyak mentah berjangka menguat di tengah keprihatinan geopolitik di Iran dan Nigeria," kata analis dari Sucden, Nimit Khamar. Kelompok pemberontak dari Gerakan untuk Pembebasan Delta Niger (MEND) yang mengklaim bahwa para pejuang MEND bersenjata berat telah menyerang dua saluran pipa di kawasan produksi minyak utama Nigeria di selatan negara bagian Rivers. Seorang juru bicara Shell mengkonfirmasikan kerusakan terjadi pada saluran pipa Kula, namun tidak mengkonfirmasikan klaim pemberontak atas saluran pipa kedua. Juru bicara Rainer Winzenried kepada AFP mengatakan bahwa salah satu saluran pipa telah terpengaruh oleh sebuah serangan dan perusahaan telah memutuskan untuk mengurangi bagian dari produksi untuk menghindari kerusakan lebih lanjut terhadap lingkungan. Kerusuhan di wilayah selatan telah mengurangi total produksi minyak Nigeria seperempatnya sejak Januari 2006. (*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008