Jakarta (ANTARA) - Startup pemerhati gizi anak Indonesia 1healthcollaboraction membantu mengurangi angka stunting pada anak di Indonesia melalui program pemberdayaan keluarga dengan wirausaha sosial dan rehabilitasi gizi dan nutrisi anak.
"Jadi kita mencoba membantu mamak-mamak yang anaknya terkena stunting supaya memiliki ekstra income. Dengan memiliki ekstra income diharapkan dapat membeli bahan makanan untuk anak-anak mereka," kata CEO sekaligus pendiri Shop.141 Herawati usai acara Shop.141 relaunch event 1.1 di @america Jakarta, Jumat.
Shop.141 merupakan sebuah startup wirausaha sosial berbasis digital hasil inovasi 1healthcollaboraction yang didirikan untuk membantu memberdayakan masyarakat dengan mengajak mereka berwirausaha sehingga mereka menjadi berdaya dan mampu memenuhi gizi dan nutrisi anak-anak.
Baca juga: Kominfo: Berprilaku PHBS cegah stunting sejak dini
Herawati mengatakan program pemberdayaan yang dilakukan Shop.141 adalah dengan mengajak para ibu di lokasi pilot project untuk berwirausaha sesuai keahlian mereka dan memasarkan produk mereka di Shop.141.
Hasil pemasaran produk di Shop.141 akan diserahkan kembali kepada mereka sehingga mereka memiliki tambahan pendapatan yang dibutuhkan untuk memenuhi gizi dan nutrisi keluarga, terutama anak-anak.
Selain diserahkan kembali kepada masyarakat, keuntungan yang diperoleh dari pemasaran tersebut juga digunakan untuk melaksanakan program rehabilitasi gizi dan nutrisi anak.
"Nutrition rehabilitation ini kami menyediakan makanan bergizi untuk anak-anak balita," katanya.
Program rehabilitasi nutrisi dilakukan agar bantuan pangan benar-benar tepat sasaran diberikan kepada anak-anak yang terkena malnutrisi atau stunting.
"Karena kasusnya di lapangan, ketika kami memberi bahan baku makanan, yang makan bukan anak yang stunting, tetapi anggota keluarga lain atau bahkan dijual," katanya.
Baca juga: Pemerintah Aceh - UNICEF kerja sama perangi stunting
Program rehabilitasi dilakukan dengan membagikan makanan berupa nasi tim dan bubur organik yang bergizi dan bernutrisi kepada anak-anak balita yang telah dinyatakan mengalami stunting.
Pemberian makanan dilakukan selama tiga bulan. Setelah mendapatkan asupan gizi yang dibutuhkan, anak-anak balita tersebut selanjutnya dimonitor oleh ahli gizi untuk melihat perkembangannya hingga benar-benar tidak lagi menderita stunting.
"Jadi dimonitoring oleh ahli gizi. Mereka grafik pertumbuhannya di atas garis merah atau gimana nih. Kalau di atas garis merah berarti ada perkembangan, berarti mereka cenderung punya kesempatan lebih besar untuk diselamatkan supaya enggak stunted," katanya.
Program rehabilitasi tersebut, katanya, sudah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas yang menjadi pilot project di Puskesmas Harapan Baru, Samarinda, Kalimantan Timur.
Program tersebut telah berhasil membebaskan belasan atau 60 persen dari 30 anak balita yang terkena stunting yang menjadi target dalam program awal tersebut.
"Kami sedang mempersiapkan untuk selanjutnya lagi, dengan harapan dapat menyelamatkan anak-anak stunting ini supaya enggak stunted," katanya.
Baca juga: Kemendes PDTT manfaatkan dana desa untuk atasi stunting
Baca juga: LIPI kembangkan pangan rumput laut dan teh cegah stunting dan obesitas
Pewarta: Katriana
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019