Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Idy Muzayyad mengingatkan partai politik agar tidak membodohi pemilih pemula yang jumlahnya mencapai 30 sampai 40 persen dari total jumlah pemilih.
Kepada wartawan di Jakarta, Senin, Idy mengatakan, pemilih pemula, terutama kalangan pelajar dan remaja, justru perlu diberikan pendidikan politik.
"Ini penting mengingat selama ini, pengalaman yang lalu-lalu, partai politik lebih sering memanfaatkan mereka sebatas untuk hura-hura politik, seperti pengerahan massa dan konvoi," katanya.
Oleh karena itu, IPNU bekerjasama dengan berbagai pihak, antara lain Kesbangpol Depdagri, KPU dan Jaringan Pendidikan Politik untuk Rakyat, sudah dan akan melakukan pendidikan politik bagi pemilih pemula.
Selain itu, bersama organisasi yang sejajar yakni Ikatan Remaja Muhammadiyah, Ikatan Pelajar Putri NU dan Pelajar Islam Indonesia, IPNU akan menggalang sinergi untuk menyelamatkan pemilih pemula dari pembodohan politik.
"Pendidikan politik dimaksudkan agar pemilih pemula yang notabene masih hijau dalam dunia politik memiliki kesadaran dan partisipasi politik secara proporsional," katanya.
Dikatakannya, konsekuensi demokrasi telah menempatkan setiap warga negara yang mempunyai hak pilih untuk menentukan arah dan kebijakan negara melalui sistem perwakilan.
"Jangan sampai para pemilih pemula ini tidak menentukan pilihan secara otonom dan sadar. Tapi mereka perlu diajak untuk benar-benar sadar hak dan pilihannya, agar tidak gampang diajak untuk sekedar konvoi motor," katanya.
Idy mengatakan, jumlah pemilih pemula yang besar pasti akan menjadi sasaran penggalangan suara oleh semua partai politik yang ikut bertanding di Pemilu 2009 dengan strategi yang berbeda.
Seharusnya, kata dia, strategi yang diterapkan itu jangan sampai mengandung unsur penipuan dan kemasan yang tidak mendidik, melainkan harus dalam bingkai yang mencerahkan.
"Kami sangat berkepentingan agar pola pendekatan partai kepada pemilih pemula dilakukan secara elegan, mencerahkan dan mencerdaskan," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008