Urgensi penghapusan beberapa regulasi tersebut untuk meningkatkan efisiensi produksi dan meningkatkan ekspor yang pada akhirnya akan menarik investasiJakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berencana menghapus beberapa regulasi yang menghambat investasi dan ekspor sebagai salah satu upaya mengantisipasi resesi global yang diprediksi banyak pihak bakal datang dalam waktu dekat.
"Urgensi penghapusan beberapa regulasi tersebut untuk meningkatkan efisiensi produksi dan meningkatkan ekspor yang pada akhirnya akan menarik investasi," kata Sekretaris Jenderal Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono lewat pesan aplikasi yang diterima di Jakarta, Jumat.
Sigit menyampaikan, terdapat berbagai macam rekomendasi teknis dari 12 komoditas yang rencananya akan dihapus, meskipun ia belum menyebutkan secara rinci.
"Kebanyakan komoditas logam. Dibahas dengan Kementerian Perdagangan karena terkait beberapa Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag)," ungkap Sigit.
Baca juga: Presiden Jokowi: Indonesia perlu "payung" antisipasi resesi ekonomi
Menurut data Kemenperin, kuartal I tahun 2019 diwarnai dengan perlambatan sektor manufaktur di beberapa belahan dunia.
Disebutkan dalam laporan yang dirilis United Nations Industrial Development Organization (UNIDO), ini terjadi karena dampak perang dagang Amerika Serikat dan China serta pemberlakuan tarif dari Uni Eropa.
“Saat ini perekonomian global sedang melambat, karena ada faktor-faktor internasional. Kondisi ini berimbas pada produksi sektor industri di sejumlah negara dunia,” kata Sigit.
Berdasarkan data UNIDO, pada kuartal I-2019, tingkat pertumbuhan manufaktur dari negara-negara industri hanya sekitar 0,4 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Penurunan ini terjadi secara konsisten di setiap triwulan, yang sebelumnya mencapai 3,5 persen pada akhir 2017.
Contohnya, Amerika Utara mencatat tingkat pertumbuhannya secara tahunan hanya 1,8 persen. Ini menunjukkan penurunan 2,5 persen dari capaian pada kuartal IV-2018.
Berikutnya, tingkat pertumbuhan negatif dialami oleh Amerika Latin pada kuartal pertama tahun ini. Kontraksi terjadi 1,2 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, terutama disebabkan oleh resesi yang berkelanjutan dari Argentina dan penurunan angka manufaktur Brasil.
Baca juga: Peneliti: Pemerintah harus waspada, resesi ekonomi bisa cepat menyebar
Sementara itu, menurut data Kemenperin, PDB dari sektor manufaktur di Indonesia mencapai Rp565 triliun pada kuartal II tahun 2019, meningkat dibanding perolehan di kuartal I-2019 sebesar Rp555 triliun.
Capaian kuartal kedua tersebut tertinggi, karena rata-rata PDB manufaktur Indonesia per kuartal sekitar Rp468 triliun dari periode 2010-2019.
Baca juga: Mendag: antisipasi resesi global dengan perkuat pasar lokal
Baca juga: Pengamat: Indonesia jauh dari potensi resesi
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019