Jakarta (ANTARA News) - Nama Yuddy Chrisnandy semakin berkibar di mata publik sebagai calon presiden (capres) dari Partai Golongan Karya (Golkar), namun Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Golkar sampai saat ini belum menganggapnya sebagai sesuatu yang serius. "Sampai sekarang belum ada, belum dibicarakan," kata Wakil Ketua Umum DPP Golkar, Agung Laksono, di Gedung DPR/MPR Jakarta, Senin, menanggapi fenomena Yuddy Chrisnandy yang telah mendeklarasikan diri sebagai capres dalam pemilihan presiden (Pilpres) 2009. Agung mengemukakan, DPP Golkar sampai saat ini belum menganggap serius langkah Yuddy, namun masih mencermatinya. "Kalau cuma mengaku-ngaku boleh-boleh saja. Sampai sekarang kita belum bicarakan hal itu. Tetapi, lihat saja nanti," kata Agung Laksono, yang juga Ketua DPR RI. Agung menyatakan, jangankan membahas Yuddy, membahas capres yang akan secara resmi diajukan Golkar juga belum dibahas."Jangankan yang alternatif, calon yang defitinif belum kita bicarakan. Kita belum bahas soal capres yang akan diajukan Golkar. Itu setelah Pemilu Legislatif tahun 2009," katanya. Golkar tidak akan menempuh mekanisme konvensi dalam menentukan capres, namun melalui survei dan poling-poling pendapat. "Jangan anggap kalau menang konvensi, menang pula di masyarakat," katanya. Yuddy mendeklarasikan diri sebagai capres tepat di usia 40 tahun pada 29 Mei 2008. Pendeklarasian dilakukan di Gedung DPR/MPR Jakarta. Dalam kaitan pencalonannya, Yuddy telah menyusun sebuah tim terdiri atas beberapa tenaga ahli. Popularitas Yuddy mulai menjadi perhatian masyarakat dan kalangan media. Apalagi, langkah Yuddy itu dianggap sebagai keberanian melawan dominasi politisi senior Golkar. Keberanian itu mendapat apresiasi sejumlah pihak di tengah maraknya wacana mengenai pemimpin nasional dari kalangan muda. Bahkan, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sudah berani menetapkan target melahirkan presiden berusia di bawah 50 tahun. Langkah Yuddy itu juga merupakan representasi dari Kaukus Muda Parlemen Indonesia (KMPI), ketika anggota Komisi I DPR RI itu menjadi koordinator. Satu tabloid, pekan lalu, menurunkan laporan utama mengenai fenomena Yuddy Chirsnandy ini sekaligus menempatkan foto Yuddy di halaman muka. Selain berani mencalonkan diri sebagai presiden, Yuddy juga dikenal sebagai satu-satunya anggota Fraksi Partai Golkar (FPG) DPR yang mendukung hak angket kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Sikapnya ini mengakibatkan dia harus menerima risiko sanksi peringatan dari DPP Golkar. Namun, simpati diterimanya dari sejumlah fraksi di DPR, apalagi setelah pengambilan keputusan hak angket itu, Golkar yang semula menolak hak angket justru kemudian berminat memimpin panitia angket. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008