Singapura (ANTARA News) - Harga minyak mentah dunia lebih tinggi di perdagangan Asia, Senin, padahal pasar tetap menghadapi tanda-tanda melemahnya permintaan dan kenaikan pasokan, para analis menyatakan. Kontrak utama New York, minyak mentah jenis light sweet untuk pengiriman September, mengalami kenaikan 45 sen menjadi 123,71 dolar per barel. Kontrak menurun 2,23 dolar ditutup pada kisaran 123,26 dolar di New York Mercantile Exchange (Nymex), Jumat lalu. Patokan kontrak New York turun lebih dari 23 dolar sejak harga minyak mentah dunia sempat menembus angka di atas 147 dolar pada 11 Juli lalu. "Sebagian besar dari itu hanya perubahan dalam sentimen pasar yang fokus pada kecenderungan melemahnya konsumsi Amerika Serikat dan diyakini bahwa Arab Saudi telah meningkatkan produksinya," kata David Moore dari Commonwealth Bank of Australia. Harga tersebut sempat turun akhir-akhir ini, sementara kekhawatiran seputar permintaan untuk minyak dihadapkan pada melemahnya ekonomi AS, konsumen energi terbesar dunia, kata analis, seperti dilaporkan AFP. Arab Saudi merupakan produsen minyak terbesar dalam Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), yang memproduksi sekitar 40 persen minyak dunia. Harga minyak mulai menembus di atas angka 100 dolar per barel pada awal tahun ini dan kemudian naik scara bertahap hingga mencapai angka tinggi di tengah kekhawatiran pasokan, dan dipicu pula oleh meningkatnya ketegangan antara Barat dan Iran soal program nuklir negara itu. Ketidakpastian di Nigeria, negara produsen utama Afrika, juga merupakan faktor lain, kata analis. Harga minyak diprediksi akan turun ke kisaran 70 dan 80 dolar per barel jika Amerika Serikat memperkuat dolar dan kekhawatiran soal Iran dapat ditekan, kata Sekjen OPEC, Chakib Khelil. (*)

Copyright © ANTARA 2008