Balikpapan (ANTARA News) - Pakar ginekologi dr. Boy Dian Nugraha mengemukakan, sebagian besar kasus perceraian disebabkan buruknya komunikasi pasangan suami istri, bukan oleh faktor seks.
Boyke di Balikpapan, Senin, menyebutkan sekitar 58 persen kasus perceraian disebabkan faktor komunikasi, sedangkan masalah seks menempati urutan kedua dalam kasus perceraian.
Ia menyebutkan, sekitar 29 persen kasus perceraian disebabkan faktor seks, sementara sisanya dipicu masalah lain, seperti faktor ekonomi. Tidak disebutkan berapa jumlah kasus perceraian.
Menurut dia, mewujudkan rumah tangga yang harmonis merupakan dambaan pasangan suami istri (pasutri), namun hal ini tidak dilakukan.
"Mereka akan menghadapi pernak-pernik kehidupan, mulai dari perbedaan adat-istiadat dan kebiasaan satu dengan lainnya," ujarnya.
Dalam berumah tangga, Boyke menyarankan pasutri bersikap saling menghormati, bertanggung jawab, mau berkorban, dan beradaptasi dengan kebiasaan atau adat istiadat masing-masing keluarga besar pasangan.
"Salah satu faktor pendukung menciptakan keharmonisan keluarga adalah dengan melakukan komunikasi yang baik dengan pasangannya. Dengan adanya komunikasi yang terbuka dan terjalin dengan baik, masing-masing pasangan dapat saling berbagi rasa dan saling mengetahui isi hati satu sama lainnya," kata Boyke.
Manurut dia, komunikasi pasutri itu antara lain misalnya dalam hal kapan melakukan hubungan seksual atau bagaimana melakukannya, memilih alat kontrasepsi, dan lainnya.
Komunikasi yang baik, menurut dia, merupakan elemen terpenting dalam berhubungan intim.
"Kehidupan seksual yang sehat adalah sumber kebahagiaan dalam hidup berumah tangga dan seks merupakan salah satu bagian hidup yang penting bagi manusia dalam berproduksi untuk memberikan generasi penerus," tandasnya.
Mengenai rahasia perkawinan yang sukses, katanya, di antaranya komunikasi yang baik, kecocokan sifat, cara pemecahan konflik, seks, sikap religius, cara memanfaatkan waktu luang, keuangan, serta anak dan sanak keluarga. (*)
Copyright © ANTARA 2008