Jakarta (ANTARA News) - Jenazah anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Syahrir akan dibawa dengan menggunakan pesawat Singapore Airlines nomor penerbangan SQ 966, dengan jadwal keberangkatan sekitar pukul 18.45 waktu setempat dan dijadwalkan tiba di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, pukul 19.20 WIB. Sekretaris Ketua Watimpres, Iwanshah Wibisono, yang dikonfirmasi, di Jakarta, Senin, mengatakan, ia mendapat kabar meninggalnya Syahrir dari Ketua Watimpres Ali Alatas sekitar pukul 08.00 WIB. Waktu Singapura satu jam lebih cepat dari Jakarta. Selama di Singapura, Syahrir yang dikabarkan menderita kanker paru-paru dirawat di RS Mount Elizabeth. Iwan mengatakan, jenazah akan disemayamkan di rumah duka, Jalan Menteng No. 15, Jakarta Pusat. Namun, Iwan belum mengetahui lokasi pemakaman jenazah dan waktunya. "Karena masih menunggu rapat keluarga," katanya. Apalagi, katanya, anak almarhum masih berada di Amerika Serikat dan istrinya masih di Singapura. Riwayat hidup Syahrir (lahir di Kudus, 24 Februari 1945) adalah seorang ekonom Indonesia. Syahrir dikenal sebagai salah seorang mahasiswa yang dijebloskan ke penjara sewaktu peristiwa Malari di Jakarta tahun 1974. Pada saat ini dia adalah salah seorang anggota Dewan Pertimbangan Presiden yang membawahi bidang ekonomi, yang telah resmi dilantik pada tanggal 11 April 2007. Ia menikah dengan Kartini Panjaitan, seorang doktor di bidang antropologi yang kini menjabat ketua Asosiasi Antropologi Indonesia. Dari pernikahan itu, pasangan Syahrir-Kartini memperoleh seorang putra, Pandu, serta seorang putri, Gita. Syahrir lahir sebagai anak satu-satunya dari pasangan Ma’amoen Al Rasyid dan Roesma Malik. Ayahnya adalah pejabat pemerintah di masa pemerintahan kolonial Belanda, sementara ibunya adalah pegawai Inspektorat Pendidikan Wanita di Departemen Pendidikan. Meskipun berasal dari Sumatera Barat, keluarga Sjahrir lebih banyak tinggal di Pulau Jawa; Kudus, Yogyakarta, Magelang, Surabaya, dan terutama Jakarta yang kini merupakan ibukota Indonesia Dalam blognya http://catatansyahrir.wordpress.com disebutkan bahwa Syahrir dikenal sebagai ekonom dan politisi. Ketika masih menjadi mahasiswa di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada tahun 1974, Syahrir menjadi seorang aktivis. Latar belakang itulah yang membawanya ke dunia politik. Pada tahun 2002, Syahrir mendirikan Partai Perhimpunan Indonesia Baru sebagai upaya menawarkan solusi bagi bangsa yang tengah dilanda masalah. Syahrir mendirikan Partai Perhimpunan Indonesia Baru sebagai upaya menawarkan solusi bagi bangsa yang tengah dilanda masalah. Selama menjadi mahasiswa di Fakultas Ekonomi, UI, Syahrir aktif di kegiatan kemahasiswaan yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Djakarta (IMADA). Aktivitasnya di IMADA membuatnya terpilih sebagai Ketua Kesatuan Aksi Mahasiswa (KAMI) Jakarta. Selain itu, aktivitasnya di badan kemahasiswaan kampus membuatnya terpilih sebagai Sekretaris Jenderal Senat Mahasiswa, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Pada saat Malari, Syahrir sebenarnya telah lulus dengan gelar Sarjana Ilmu Ekonomi dari Universitas Indonesia dan hendak bersiap-siap berangkat ke Amerika Serikat untuk melanjutkan pendidikan S2 atas beasiswa di Kennedy School of Government, Universitas Harvard. Namun sebelum berangkat melanjutkan pendidikannya, ia ditangkap, diadili, dan dijatuhi hukuman penjara 6,5 tahun atas tuduhan subversi dalam keterlibatannya pada peristiwa tersebut. Meski demikian, Syahrir hanya menghabiskan waktu di penjara selama hampir 4 tahun sebagai tahanan politik. Untung saja setelah keluar dari penjara, Ford Foundation yang menjadi sponsor beasiswanya, masih memberikan kesempatan kepada Syahrir untuk mengenyam pendidikan S2-nya. Ia lulus pada tahun 1983 dari Universitas Harvard dengan gelar doktor di bidang Ekonomi Politik dan Pemerintahan. Di Harvard pulalah ia sempat menjalin pertemanan dengan Ninoy Aquino dan Kim Dae Jung. Setelah meraih gelar doktor, Syahrir membagi ilmunya dengan menjadi dosen di fakultas lamanya, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Ia kemudian mendirikan lembaga yang bernama Institute for Economic and Financial Research (Ecfin) bersama rekan-rekan ekonomnya. Salah satunya adalah Dr. Mari Elka Pangestu yang kini merupakan Menteri Perdagangan Republik Indonesia. Syahrir juga mendirikan lembaga lain, yaitu Yayasan Padi & Kapas, yang kegiatan utamanya adalah penelitian, pendidikan, dan kesehatan masyarakat. Selama masa ini, Syahrir aktif sebagai konsultan dan penasihat untuk bank-bank dan perusahaan-perusahaan publik. Banyaknya seminar ekonomi yang dihadirinya sebagai pembicara, serta lebih dari selusin buku yang diterbitkannya, memantapkan namanya sebagai kritikus dan analis ekonomi yang cukup dipandang di negeri ini. Sejak tahun 1994, ia menjadi narasumber di Dewan Sosial dan Politik Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Sebagai Politisi Hari-hari Syahrir pada masa lalu sebagai aktivis masih mengikutinya hingga kini. Ketika krisis moneter yang mengguncang Indonesia pada tahun 1997 berkelanjutan menjadi krisis ekonomi dan politik, Syahrir terdorong untuk menawarkan solusi untuk negeri ini. Pada tahun 2001, pada masa Reformasi, Syahrir mendirikan Perhimpunan Indonesia Baru. Aktivitas utama perhimpunan itu adalah menyelenggarakan cabinet watch yang mengawasi keputusan-keputusan pemerintah atas kebijakan-kebijakan tertentu, dan mengumumkan hasil pengawasan itu ke masyarakat. Tidak puas dengan proses Reformasi setelah jatuhnya Soeharto, Syahrir dan rekan-rekannya yang memiliki ide yang sama di Perhimpunan Indonesia Baru mengumumkan berdirinya Partai Perhimpunan Indonesia Baru. Partai ini mencoba menawarkan solusi alternatif pada era Reformasi melalui partisipasi di pemilihan umum 2004. Syahrir sendiri berkesempatan mencalonkan diri di pemilihan presiden tahun itu, namun tidak memperoleh jumlah suara yang cukup untuk maju ke tahap berikutnya. Meski demikian, mengetahui bahwa keahlian ekonomi Syahrir dapat bermanfaat bagi pemerintah yang baru, Presiden Republik Indonesia pertama yang dipilih langsung oleh rakyat, Susilo Bambang Yudhoyono, menunjuk Syahrir sebagai Penasihat Ekonomi Presiden. Tugas Syahrir sebagai Penasihat Ekonomi Presiden termasuk menjadi duta khusus Presiden RI ke negara-negara lain, menjalankan misi kepresidenan. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008