Kota Pekanbaru (ANTARA) - Menjadi seorang mahasiswa aktif di jurusan Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Riau, tidak menghalangi Kisya Hayuni merintis bisnis kuliner, aksesoris, hingga souvenir sejak awal kuliah.

“Sejak awal kuliah, setelah banyak mengikuti seminar-seminar tentang kewirausahaan, saya terinspirasi kemudian memutuskan untuk buka usaha kecil-kecilan. Cita-cita saya ingin menjadi pengusaha terkenal,” ujar perempuan kelahiran 1997 di Duri, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau itu.

Untuk menggapai tekad menjadi pengusaha terkenal itu, anak pertama dari lima saudara ini memulai bisnis souvenir dengan modal Rp100 ribu serta memanfaatkan sampah anorganik menjadi sebuah gantungan kunci tanjak khas Riau yang dilabeli "Sovantik" alias suvenir antik.

Ia mengatakan sampah anorganik yang dibutuhkan, yaitu kain perca batik dan kotak susu bekas yang biasanya dikumpulkan langsung bersama tim. Setelah seluruh bahan baku terkumpul, dibentuk desain pola tanjak, penataan kain songket atau batik yang digunakan, tahap pengemasan souvenir hingga siap untuk dipasarkan.

Bisnis souvenir yang mulai dipasarkan pada 08 November 2018 dan berhasil menarik minat tujuh mahasiswa dari jurusan lain untuk terlibat langsung dalam proses produksi hingga pemasaran. Kisya mengatakan ini merupakan upaya kecil memberdayakan teman-teman untuk mendapatkan penghasilan tambahan.

“Sistemnya sama seperti kerja, siapa yang ikut membantu dalam produksi, dia akan mendapatkan upah. Kita juga menyesuaikan dengan berapa banyak jumlah pesanan yang masuk. Alhamdulillah bulan ini kami mendapat dukungan dana dari Unri,” ujar finalis mahasiswa berprestasi terfavorit FISIP Universitas Riau, tahun 2019 itu.

Terkait aktivitas positifnya tersebut, Kisya justru mendapat dukungan anggaran dari Universitas Riau untuk tahun 2019 sebesar Rp4 juta yang diperoleh lewat seleksi proposal dana hibah Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Unri.

Melalui bantuan dana hibah ini, Kisya pun berharap bisa mengembangkan usaha ekonomi produktif juga menjadi modal untuk aktif menjadi sponsor dan terlibat dalam berbagai pameran dan bazar.

"Kita aktif menjadi sponsor dalam beberapa kegiatan dengan memberikan beberapa produk Sovantik, seperti acara Komunitas Duta Lingkungan Pekanbaru, acara kongkow (ngobrol) bareng komunitas se-Riau, serta Al-quranic Camp 2019 yang ditaja Ands Institute,” tuturnya.

Belum puas dengan bisnis souvenir khas Melayu tersebut, wanita yang aktif dalam olahraga basket ini juga merintis usaha kuliner tradisonal khas Minang yaitu godok manjo. Cemilan berbahan dasar pisang ini, dikombinasikan dengan beragam selai, seperti tiramisu, cokelat, dan keju.

Melalui inovasi ini, ia berhasil meraih juara tiga “Lomba Creative Food Mahasiswa se-Pekanbaru” pada tahun 2018, dan usaha ini aktif dipasarkan melalui online maupun membuka stan pada acara-acara besar.

Usaha kuliner tradisional khas Minang ini, bagian dari tiga bisnis yang dijalankannya sekaligus, seperti menjual beragam aksesoris wanita, kaus kaki, hingga jilbab yang dipasarkan melalui akun instagram @gerai_mini dengan rata-rata keuntungan Rp500 ribu per bulan.

Mahasiswa FKIP Universitas Riau, Nurul Hafizah yang menjadi rekan bisnisnya mengaku kagum dengan tiga bisnis yang dijalankan sekaligus oleh Kisya sejak dibangku kuliah. Ia juga mengatakan, Kisya tetap bisa membagi waktunya dengan baik untuk memastikan seluruh yang dikerjakannya berjalan dengan baik.

"Dia tetap fokus dan bisa membagi waktu. Kisya, orangnya gigih sekali dan senang mengajak teman-teman lain untuk maju bersama,” tutur Nurul Hafizah.

Baca juga: Tanggapi karhutla, mahasiswa Fisip Universitas Riau gelar demonstrasi

Baca juga: Asap semakin pekat 4 mahasiswa UNRI dirawat ke RS


Solusi atasi kemiskinan

Gadis berdarah Minang bertinggi berat 169 cm, dan 58 kg ini aktif mewakili UNRI dalam konferensi nasional terkait lomba proyek sosial sekaligus menggali ilmu pengetahuan tentang pembangunan berkelanjutan untuk Indonesia yang fokus pada upaya memberantas kemiskinan.

“Aku aktif menjadi anggota delegasi sejak 2017 dan selalu tertarik dalam pembahasan memberantas kemiskinan. Berawal dari hal tersebut aku mendapat inspirasi untuk buka usaha kecil-kecilan, berharap ke depan bisa menjadi bagian dalam solusi mengurangi angka kemiskinan di Indonesia,” ujar Kisya.

Sejauh ini, Kisi, sapaan akrabnya, telah mengikuti konferensi nasional Indonesian Youth Dream di Yogyakarta pada 2017 , Indonesian Future Leader Conference di Makassar, dan Great Indonesian Leader Summit di Malang di tahun 2018.

Ia mengaku pencapaian tersebut menjadi langkah awal baginya untuk memahami kondisi perekonomian Indonesia, serta melihat solusi untuk pemecahan masalah yang ada sehingga ini pula yang memotivasi dirinya menjadi pengusaha besar.

“Setelah mengikuti tiga konferensi nasional ini, banyak ide-ide baru yang terlintas di benak saya dan teman-teman. Dampak positifnya bagi saya, tercipta peluang hebat dan semangat untuk berinovasi. Terakhir kami mengikuti perlombaan perencanaan bisnis dan meraih peringkat pertama se-Pekanbaru,” ujarnya.

Sukses dengan bisnis yang dijalankan serta segudang pencapaian, Kisya seringkali ditawari sebagai pembicara pada seminar atau lokakarya (workshop) kewirausahaan, untuk berbagi pengalaman serta tips menjadi berani dalam memulai usaha.

Mahasiswi semester tujuh ini pernah menjadi pembicara, baik di dalam dan luar kampus, diantaranya Seminar Marketing dan kelas karya yang digelar oleh Ekspedisi Nusantara Jaya Universitas Riau tahun 2018 di Desa Bokor, Kepulauan Meranti.

“Saya beberapa kali diundang oleh organisasi kampus, dan komunitas untuk menjadi pembicara di bidang wirausaha dan ekonomi kreatif. Senang rasanya bisa berbagi ilmu dan pengalaman dengan peserta yang hadir,” tutur gadis penyuka warna biru dongker itu.*

Baca juga: Meida, mahasiswa berprestasi Unej yang selalu berinovasi

Baca juga: Mahasiswa UI dan IPB pemenang mahasiswa berprestasi 2019

Pewarta: Frislidia
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019