London, (ANTARA News) - Menteri Perdagangan (Mendag) Mari Elka Pangestu menilai perundingan Organisasi perdagangan Dunia (WTO) saat ini lebih sulit dibanding Putaran Uruguay karena negara berkembang sudah lebih canggih dalam bernegosiasi.
Apalagi, lanjutnya, negara-negara berkembang sudah melengkapi diri dengan data dan argumentasi dalam menghadapi perundingan dengan negara-negara maju. Mendag mengemukakan hal itu ketika acara tatap muka dengan masyarakat Indonesia yang berada di Swiss dan staff PTRI di Jenewa, akhir pekan lalu,
Pendekatan multilateral dalam kerangka WTO lebih menempatkan negara berkembang pada posisi yang seimbang dengan negara maju, katanya seperti dituturkan Sekretaris Pertama PTRI Jenewa, Dinar Sinurat, kepada koresponden ANTARA London.
Mendag juga menyatakan jika perundingan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) tidak menghasilkan kesepakatan, maka hal itu akan sangat merugikan negara berkembang karena lemahnya posisi tawar yang dimiliki.
Dikatakannya mata dunia saat ini terfokus pada perundingan Putaran Doha yang sedang berlangsung saat ini di Jenewa. Negara maju maupun berkembang tidak ada yang ingin disalahkan jika perundingan mengalami kemacetan, kata menteri.
Jika perundingan tidak menghasilkan kesepakatan, katanya, maka pembentukan persetujuan bilateral di bidang ekonomi dan perdagangan akan semakin menjamur. "itu akan merugikan negara berkembang."(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008