Tangerang (ANTARA News) - Tiga dari empat pelajar Indonesia meraih satu medali emas, satu perak dan satu medali perunggu dari Olimpiade Kimia Internasional di Budavest, Hungaria yang berlangsung pada 12 Juli hingga 21 Juli lalu.Mereka bersama kontingen Indonesia tiba di tanah air dengan menumpang pesawat KLM-809 yang mendarat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Sabtu sekitar pukul 17.00 WIB.Kontingen Indonesia terdiri ketua mentor Riwandi Sihombing dan anggota Djulia Onggo, Deana Wahyuningrum serta Ismurnaryo Munandar, sedangkan empat pelajar yang ikut Olimpiade tersebut adalah Kelvin Anggara dari SMA Sutomo 1 Medan (meraih medali emas), Vincentinus Jeremy Suhardi (SMA St Loius 1 Surabaya meraih medali perak), Ariana Dwi Candra (SMAN 1 Pati, Jawa Tengah peraih medali perunggu) dan Zurkarnain (SMAN Leuwi Liang Bogor).Kedatangan Kontingen Indonesia di tanah air disambut Direktur Pembinaan Sekolah Menengah dan Madrasah Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, Dr Sungkowo beserta sejumlah stafnya. Sungkowo mengatakan hasil yang diraih Kontingen Indonesia pada ajang International Chemistry Olympiade (IChO) itu sangat mengejutkan dan di luar dugaan. Sebab, awalnya hanya ditargetkan meaih dua medali perak dan dua medali perunggu. "Kita sangat bersyukur karena mampu meraih emas," katanya. Ia mengatakan pihaknya setiap tahun melakukan pembinaan terhadap siswa berprestasi melalui perekrutan Olimpiade Sains Nasional (OSN) tingkat kota/kabupaten hingga tingkat nasional. Pada ajang OSN Depdiknas merekrut 30 pelajar yang meraih juara I dan juara II pada kejuaraan tingkat provinsi. Kemudian tim OSN menyeleksi calon peserta olimpiade hingga jumlahnya empat orang untuk mengikuti olimpiade tingkat internasional. Menurut da, keberhasilan para pelajar Indonesia meraih medali pada IChO berkat persiapan dan pembinaan yang matang serta penggunaan metodologi yang tepat. Sementara itu, Kelvin Anggara peraih medali emas pada Olimpiade Kimia Internasional mengatakan keberhasilannya meraih emas merupakan kebanggaan tersendiri, dan ini menjadi pengalaman yang sangat berharga karena dirinya harus bersaing dengan 260 peserta dari 73 negara. "Pesaing terberat adalah peserta dari Cina dan Rusia," kata pelajar asal Medan ini. Ia mengatakan soal yang diberikan pihak panitia olimpiade tersebut lebih menitikberatkan pada logika, sehingga peserta harus lebih kreatif. Rencananya pemerintah akan memberikan bea siswa dan masuk perguruan tinggi tanpa ujian seleksi kepada para pelajar yang berprestasi di tingkat internasional itu.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008