Yogyakarta, (ANTARA News) - Pemerintah berencana melakukan "soft launching" digitalisasi televisi pada 17 Agustus 2008 sebelum memulai program itu pada akhir 2008. "Meskipun masih perlu banyak persiapan tetapi ada keinginan kuat agar digitalisasi televisi bisa dimulai akhir tahun ini," kata Kasubdit Teknologi Penyiaran Ditjen Sarana Telekomunikasi dan Diseminasi Informasi (SKDI) Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo), Marmanto di Yogyakarta, Sabtu. Pada Sosialisasi Perundangan-undangan di Bidang Penyiaran, ia mengatakan setelah soft launching itu akan dilakukan evaluasi terhadap model bisnis digitalisasi televisi, yang berbeda dengan model bisnis televisi analog saat ini. Ia mengatakan dengan digitalisasi, satu kanal frekuensi dapat digunakan oleh enam program, tidak seperti sistem analog di mana satu kanal hanya bisa digunakan untuk satu program. Namun, ia mengakui pelaksanaan program digitalisasi tersebut memerlukan kajian mendalam agar dapat bermanfaat optimal, dan bukan justru malah mematikan industri penyiaran yang sudah ada. Ia juga mengatakan pemerintah berencana mengeluarkan surat edaran tentang moratorium yang akan menghentikan sementara pengeluaran izin penyelenggara penyiaran di daerah yang tidak lagi memiliki kanal frekuensi yang kosong, sambil menunggu pelaksanaan program digitalisasi industri penyiaran. "Tentu saja di daerah yang masih memiliki kanal frekuensi, izin penyelenggara penyiaran masih bisa diberikan," katanya. Ia menambahkan surat edaran moratorium tersebut berkaitan dengan rencana pelaksanaan program digitalisasi, yang dinilai sebagai solusi terbaik untuk mengatasi tingginya permintaan untuk mendirikan lembaga penyiaran publik. Untuk mendukung program tersebut, pemerintah juga segera mengeluarkan aturan tentang migrasi dari sistem analog ke digital. Beberapa waktu sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika Muhammad Nuh mengatakan digitalisasi TV akan memungkinkan 4-5 TV dalam satu grup dapat menggunakan satu kanal yang sama, bahkan ada sisa. Untuk kanal yang kosong akan dapat digunakan bagi kepentingan yang lebih luas, baik program TV bisnis maupun TV gratis, seperti televisi pendidikan. Bahkan, katanya, pihaknya sudah berencana memakai satu kanal untuk program EWS (Early Warning System) untuk antisipasi bencana. Dengan TV yang menyiarkan EWS, setiap ada bencana alam akan `ditayangkan` kepada masyarakat melalui semua jaringan TV secara otomatis, katanya.(*)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008