Yogyakarta (ANTARA News) - Membuat buku digital yang interaktif bukan pekerjaan mudah, tetapi bukan berarti tidak mampu diwujudkan, terutama jika ada dukungan dan kerjasama berbagai pihak yang bergerak di bidang Teknologi Informasi (TI).
Hal tersebut dikatakan oleh Direktur TI Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Achmad Ridwan, di Yogyakarta, Jumat.
"Jika semua vendor, seperti dari sisi perangkat lunak Microsoft atau dari perangkat keras seperti IBM atau ada pihak-pihak lain yang dapat saling berkolaborasi, tentu buku digital bisa diwujudkan," katanya.
Namun demikian ia menyayangkan belum tercipta sebuah "team work" untuk menggarap proyek tersebut, meski potensi dari pihak swasta sangat banyak dan terbuka untuk dikembangkan.
"Hasilnya pasti akan sangat luar biasa jika kolaborasi itu bisa terwujud," katanya.
Misalnya, lanjut Ridwan, masing-masing vendor bertanggung jawab untuk membuat buku digital dari mata pelajaran tertentu. "Karena bahan pelajaran yang harus dibuat jumlahnya banyak, tidak mungkin dikerjakan sendirian," kata dia.
Menyikapi buku digital yang saat ini sudah dirilis oleh Departemen Pendidikan Nasional, Ridwan menyatakan bahwa guru tidak memiliki kewajiban untuk menggunakannya.
Sebelumnya, pemerhati pendidikan di Yogyakarta, Rochmat Wahab menyatakan buku digital yang dimiliki Depdiknas memiliki kekurangan karena tidak interaktif, siswa hanya membaca buku tetapi di layar komputer.
"Selain itu kualitas tulisan buku digital milik Depdiknas tidak bagus karena tulisan di layar komputer sulit terbaca akibat hasil pemindaian yang tidak maksimal," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008