Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu yang juga koordinator kelompok negara G-33, memprotes penyelesaian perundingan Putaran Pembangunan Doha (Doha Development Agenda/DDA) Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) yang dinilai tidak transparan.
"Banyak negara termasuk Indonesia yang tidak mengetahui apa yang terjadi karena semuanya tidak transparan," kata Mari dalam siaran persnya, Jumat.
Mari mendesak Ketua Komite Negosiasi untuk membuka hasil-hasil pembahasan yang dilakukan oleh kelompok kecil G-6 (Amerika Serikat, Uni Eropa, Brazil, India, Australia, dan Jepang) dalam konsultasi untuk mencari penyelesaian perundingan tersebut.
"Kami mendesak Ketua Komite Negosiasi agar semua proses yang dilaksanakan dilakukan secara transparan dan lebih terbuka. Kelompok kecil yang terbentuk hendaknya hanya membahas isu-isu yang terkait dengan kelompok tersebut dan tidak membahas seluruh isu perundingan," tegasnya.
Dirjen WTO, Pascal Lamy mengatakan hasil pembahasan kelompok kecil G-6 akan dibawa ke pertemuan keputusan modalitas penuh perundingan akan dibawa ke pertemuan "green room" dan selanjutnya disampaikan pada sidang Komisi Negosiasi Perdagangan.
Green room merupakan perundingan tertutup antara 17-20 anggota WTO yang dianggap mempunyai peran penting dan dapat mewakili anggota lainnya. Beberapa negara yang terus terlibat dalam Green room antara lain AS, UE, Jepang, Swiss, Australia, Brazil, India, Indonesia, Guyana, Nigeria dan Mauritius.
Lamy menegaskan, keputusan penyelesaian modalitas penuh perundingan pertanian dan akses pasar produk manufaktur (Non Agricultural Market Access/NAMA) harus dapat selesaikan hari ini (25/7).
Untuk itu, Lamy mengimbau para menteri untuk memberikan keputusan politis dan melakukan konsultasi dengan pemerintah pusat masing-masing.
Sejak 21 Juli 2008, para menteri anggota WTO berkumpul di Jenewa untuk melanjutkan perundingan sistem perdagangan dunia yang macet sejak 2006 lalu.
(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008