Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah di pasar spot antar bank Jakarta, Jumat pagi, cenderung stabil pada Rp9.133/9.135 (sebelumnya Rp9.133/9.137) per dolar AS, meski harga minyak mentah dunia kembali bergejolak. "Namun kenaikan harga minyak mentah dunia relatif kecil hanya 1 dolar AS per barel menjadi lebih dari 125 dolar AS, sehingga tekanan negatif terhadap mata uang Indonesia tidak besar," kata Analis Valas PT Bank Himpunan Saudara Tbk, Rully Nova, di Jakarta. Dikatakannya, rupiah saat ini dinilai cukup stabil, bahkan bisa mendekati angka Rp9.100 per dolar, karena sentimen positif masih menyelimuti mata uang lokal itu. Peluang rupiah untuk bisa mencapai level Rp9.100 per dolar AS cukup besar, hanya tinggal menunggu waktu untuk bisa mencapai ke arah sana, ucapnya. Rupiah, lanjut dia, sebelumnya sempat mencapai angka Rp9.120 per dolar AS, namun kembali melemah, akibat mengendornya aksi beli pelaku pasar terhadap rupiah. Hal ini disebabkan pelaku ragu-ragu untuk membeli dalam jumlah besar, setelah adanya pernyataan bahwa ekonomi nasional kuartal ketiga 2008 akan melambat, katanya. Menurut dia, pertumbuhan ekonomi nasional masih bisa mencapai angka 6,1 persen, akibat tingginya pertumbuhan ekonomi China dan India yang mencapai di atas 9 persen. Indonesia harus bisa memanfaatkan raksasa ekonomi Asia kedua negara itu, sehingga pertumbuhannya akan semakin besar, ucapnya. Karena itu, lanjut dia, posisi rupiah saat ini akan masih berkutat pada angka Rp9.100 sampai Rp9.125 per dolar AS untuk mencapai angka Rp9.100 per dolar AS. "Kami optimis rupiah pada saatnya nanti akan mampu menuju ke level tersebut," ujarnya. Ia mengatakan, BI kemungkinan akan masih menaikkan suku bunganya hingga berkisar antara 9,5-9,75 persen. Kenaikan suku bunga BI itu juga memberikan sentimen positif terhadap pergerakan rupiah. Inflasi yang cenderung meningkat merupakan salah satu faktor bagi BI untuk kembali menaikkan suku bunga acuannya, katanya. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008