New York, (ANTARA News) - Harga minyak sedikit "rebound" pada Kamis waktu setempat, atau Jumat pagi WIB, setelah dua hari turun tajam karena pasar tertekan dampak dari melambatnya pertumbuhan permintaan energi global. Sebagaimana dilaporkan AFP, kontrak utama New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman September, naik 1,05 dolar AS menjadi ditutup pada 125,49 dolar AS per barrel. Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman September meningkat 1,15 dolar AS menjadi 126,44 dolar AS per barrel. "Pasar telah stabil," kata Mike Fitzpatrick, analis pada MF Global. Minyak mentah berjangka telah jatuh pada Rabu, sebesar empat dolar AS per barrel setelah cadangan bensin AS meningkat lebih besar dari yang diperkirakan, mengindikasikan melemahnya permintaan di Amerika Serikat, konsumen energi terbesar di dunia. Fitzpatrick menjelaskan bahwa harga telah turun ke kisaran terendah dalam enam pekan dalam satu setengah pekan lalu. "Jelas, ini adalah sebuah pengakuan para pelaku pasar bahwa meluasnya ekonomi yang memburuk telah berdampak terhadap permintaan energi," kata dia. Frederic Dickson dari DA Davidson & Co. mengatakan hal itu menunjukkan bahwa melemahnya permintaan energi akibat tingginya harga telah menjadi faktor utama dalam penurunan harga energi. "Kami perkirakan terjadi sebuah pantulan minor harga minyak berjangka, meski kami tidak melihat itu medapat dukungan baik untuk mencapai harga tertingginya kembali, kecuali ketakutan situasai politik di Timur Tengah atau ancaman badai di Teluk Meksiko," kata Dickson. Harga minyak mentah mencetak serangkaian rekor tertinggi awala tahun ini, terutama karena ketegangan politik di negara-negara produsen minyak seperti Iran, yang menolak permintaan negara-negara kuat untuk menghentikan program nuklirnya. Tetapi, harga minyak turun kembali sejak mencapai rekor tertinggi di atas 147 dolar AS per barrel pada 11 Juli. Analis dari For Alaron Trading, Phil Flynn, menyatakan pasar "bearsih" akan terjadi setelah bulan-bulan dimana harga stabil. "Isapan jempol bahwa permintaan dari nega-negara sedang tumbuh (emerging market) akan menutup keseluruhan penurunan permintaan dari AS sekarang sedang pecah. Harga masih tergantung dari sisi permintaan," kata Flynn. Para analis mengatakan laporan cadangan energi AS pekan terakhir telah memperbaharui kekhawatiran terhadap permintaan. Pusat Informasi Energi AS (The US Energy Information Administration/EIA) mengatakan bahwa stok bensinnya telah meningkat 2,9 juta barrel dalam pekan yang berakhir 18 Juli, melampaui perkiraan para analis hanya naik 200.000 barrel. Konsumsi bensin AS turun 2,4 persen dibanding setahun terdahulu, menurut EIA, mengindikasikan tingginya harga telah m,endinginkan permintaan, sekalipun di tengah libur musim panas dimana banyak warga AS melakukan bepergian menggunakan mobil. Fitzpatrick memperingatkan bahwa sebagian besar kondisi tersebut didukung kenaikan harga. "Ekonomi global masih terhuyung-huyung akibat pengaruh kenaikan harga minyak, namun belum cukup untuk membenamkan pengapalan secara total. Hanya membuat penurunan permintaan," kata dia. "Pasar mulai mendirikan sebuah basis mendekati 120 dolar AS." (*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008