" Melalui kerja sama ini penerapan hasil riset dan inovasi di bidang peternakan, seperti untuk menghasilkan ternak sapi unggul dan berkualitas dapat ditingkatkan di Nusa Tenggara Timur. Semoga dengan kerja sama ini, dapat meningkatkan rantai pasok dan ekosistem peternakan sapi yang baik," ujar Menristekdikti Mohamad Nasir di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Kemristekdikti: 10-20 lembaga litbang jadi pusat unggulan iptek
Nasir menambahkan dengan kerja sama itu, pihaknya ingin mengembalikan kejayaan NTT yang dikenal akan peternakan sapi Sumba unggul.
"Saya ingin kejayaan sapi Sumba NTT kembali. Ini jadi tantangan bagaimana Kemenristekdikti dan Pemprov NTT mengembalikannya, dan hal ini penuh tantangan dan tidak mudah. Namun, asal ada komitmen pemerintah pusat dan daerah dalam pembibitan unggul sapi Sumba, ini bisa terwujud," kata dia.
Agar peternakan sapi dapat mendongkrak perekonomian daerah harus dikembangkan secara luas dan besar. Untuk menciptakan peternakan dengan skala besar, maka dibutuhkan pasokan sapi unggul dalam jumlah besar, oleh karena itu peran teknologi dan inovasi sangat dibutuhkan dalam penyediaan bibit sapi unggul.
"Mudah mudahan dengan kerja sama ini, NTT bisa menjadi lumbung pangan daging nasional sehingga Indonesia tidak perlu impor daging. 5 tahun ke depan NTT akan menjadi provinsi yang maju. Rakyat pasti akan sejahtera, mudah mudahan ini bisa berjalan dengan baik," harap Nasir.
Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat berterimakasih atas kerja sama ini dengan Kemenristekdikti. Viktor bertekad bisa memenuhi harapan Pemerintah, bagaimana sapi Sumba bisa dibudidayakan dengan baik. Apalagi sapi NTT sudah dikenal dunia.
Viktor juga menambahkan kerja sama inovasi dan teknologi harus terintegrasi. Kerja sama ini mendorong agar ke depan rantai pasoknya mampu dan dikelola oleh NTT sendiri. Untuk itu daging premier kita ekspor, tidak perlu impor.
Baca juga: Kemristekdikti: penguatan karakter Pancasila dilakukan semua profesi
Baca juga: Kemristekdikti lampaui target pembentukan pusat unggulan iptek
Pewarta: Indriani
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019