Jakarta (ANTARA News) - Fungsionaris DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Al Muzzammil Yusuf berpendapat, daya tarik figur calon presiden dan wakil presiden akan lebih menentukan ketimbang mesin politik partai pendukungnya."Hal itu diindikasikan dengan banyaknya fenomena kemenangan calon-calon kepala daerah dalam pilkada, yang tidak memandang parpol pendukungnya adalah parpol besar atau kecil," katanya di Jakarta, Kamis.Hal itu, katanya, juga diperkirakan bakal terjadi pada pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres) secara langsung, yakni yang akan sangat berperan adalah kekuatan daya tarik sang calon, dan bukan mesin partai."Di sinilah peluang kemunculan calon-calon alternatif muda usia, meskipun nanti ia diusung oleh gabungan partai menengah dan kecil," kata Muzzammil yang menjabat Ketua Departemen Politik, Pertahanan dan Keamanan DPP PKS. Ia mengatakan perdebatan tentang capres dari kalangan tua atau muda, tokoh lama atau baru, diikuti pula dengan fenomena besarnya angka golput (warga yang tak menggunakan hak pilih) pada pilkada yang rata-rata mencapai angka 40 persen. Berdasarkan data yang dihimpunnya, katanya, pada pemilihan gubernur Jateng, golput mencapai angka 44 persen dan di Jatim sekitar 39,2 persen. Hal itu, kata anggota Komisi I DPR RI itu, mengisyaratkan bahwa masyarakat di Indonesia sedang kelangkaan figur pemimpin lokal. "Agaknya di tingkat nasional juga, khususnya untuk figur capres/cawapres," katanya. Pemimpin yang langka tersebut, katanya, merupakan negarawan yang mampu menghadapi tantangan berat RI saat ini, yang berputar-putar dengan persoalan mendasar mewujudkan kehidupan bernegara yang sehat. Namun, menurut dia, perdebatan kepemimpinan nasional 2009 akan lebih produktif kalau pakar dan kampus turut menggiring diskusi tersebut secara objektif ke arah kemunculan figur-figur yang mumpuni, sehingga publik mendapatkan alternatif pemimpin yang berkualitas. "Waktunya bisa dimulai dari sekarang," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008