Seoul, (ANTARA News)- Korea Utara (Korut), Kamis mengancam akan melakukan "tindakan-tindakan balasan yang lebih keras" setelah menteri pertahanan Korea Selatan (Korsel) menyebut negara komunis itu sebagai musuh yang mengancam keamanan nasional. Korut mengecam pernyataan Menteri Pertahanan Lee Sang Hee sebagai "satu deklarasi perang," dan mengatakan Korsel harus bertanggungjawab atas seluruh konsekuensi, demikian diwartakan AFP. "Kami tidak akan pernah memaafkan pernyataan-pernyataan yang tidak dipikirkan ... dan akan melakukan reaksi dengan tindakan-tindakan balasan yang lebih keras," kata Komite untuk Reunifikasi Damai Tanah Air Korut dalam sebuah pernyataan. Menteri pertahanan itu, Senin secara khusus menyebut Korut dalam menjawab satu pertanyaan para anggota parlemen tentang negara mana yang menimbulkan ancaman paling besar terhadap sistem kapitalis Korsel. "Tanpa menghiraukan apakah Korut adalah musuh utama kita atau tidak, militer mengajarkan (tentara) bahwa Korut adalah musuh," katanya. Komite itu, yang bertugas menangani kerjasama lintas perbatasan dan pertukaran , mengatakan pernyataan-pernyataan itu adalah "provokasi yang tidak bisa dimaafkan." Komentar-komentar mereka menunjukkan bahwa Presiden Lee Myung Bak sedang meningkatkan kampanye terhadap Korut, kata komite itu dalam sebuah pernyataan yang disiarkan kantor berita resmi KCNA (Korean Central News Agency). Sikap permusuhan Lee memperburuk hubungan yang telah berkembangan dengan baik sejak KTT bersejarah tahun 2000 dan 2007, kata komite itu. "Bahaya perang di semenanjung Korea sekarang meningkat," katanya memperingatkan. Korut menghentikan dialog dengan Korsel setelah Lee, yang pemilihannya mengakhiri 10 tahun pemerintah liberal , berjanji akan melakukan sikap lebih keras terhadap Korut dan berikrar akan mengajukan masalah-masalah hak asasi manusia. Hubungan semakin buruk bulan ini setelah seorang tentara Korut menembak mati seorang wisatawan Seoul di daerah wisata Gunung Kumgang ketika ia tersesat masuk ke daerah militer yang terlarang. (*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008