Pemberian bantuan itu menyusul demonstrasi anarkis yang berujung kerusuhan di kabupaten tersebut pada Senin (23/9) lalu.
"Bantuan yang diserahkan berupa pempers, susu, makanan ringan, indomie, minuman. Bantuan ini selain untuk anak-anak PAUD tapi juga untuk orang dewasa," kata Kristin Luluporo yang dinobatkan sebagai bunda PAUD Kota Jayapura usai bertatap muka dengan anak-anak pengungsi di Tongkonan, Selasa.
Kristin mengatakan, bantuan yang disalurkan merupakan sumbangan anak-anak dari sejumlah PAUD di Kota Jayapura. Anak-anak di sejumlah PAUD yang ada di Jayapura yang mengumpulkan bantuan tersebut.
"Sebagai rasa kepedulian anak-anak PAUD di Kota Jayapura kepada teman-temannya yang mengungsi dari Wamena dan ditampung sementara di Tongkonan sehingga mereka juga memberikan sumbangan," ujarnya.
Dia mengatakan, walaupun tidak berkunjung tetapi bentuk kepedulian mereka yang disumbangkan dan itu yang dibawa dan disumbangkan kepada anak-anak pengungsi di Tongkonan.
Baca juga: PKG PAUD ajar anak-anak pengungsi Wamena
Selain pemberian bantuan, kata dia, para guru-guru PAUD di Kota Jayapura juga membuat jadwal untuk bergantian datang bercerita dengan anak-anak pengungsi di Tongkonan.
"Walaupun banyak anak-anak yang mengungsi disini, tetapi semua guru PAUD yang ada di Kota Jayapura berbagai jadwal yang ada berkoordinasi dengan Dinas Pendidkan Kota Jayapura, mereka datang bercerita, bermain dengan anak-anak pengungsi," ujarnya.
Bahkan, menurut dia, ada juga PAUD yang berkunjung dan berbagai dengan anak-anak pengungsi, karena mereka juga anak-anak Indonesia yang perlu mendapat perhatian.
Dengan begitu, kata dia, memberikan trauma healing kepada anak-anak pengungsi sehingga mereka juga bisa melupakan trauma atau kejadian-kejadian mungkin mereka sendiri melihatnya.
"Dengan demikian ke depan dapat membantu mereka sehingga menjadi anak-anak yang punya kualitas," ujarnya.
Baca juga: Personel Polda Sulawesi Selatan hibur anak pengungsi Wamena
Ia menambahkan, diharapkan juga sumber daya manusia (SDM) Papua walaupun anak-anak ini rambut lurus tetapi mereka adalah anak-anak yang lahir dan besar di tanah Papua.
"Mereka juga merupakan bagian dari anak-anak di Kota Jayapura karena kali ini mereka sementara mengungsi dan ada di Kota Jayapura,dan bentuk kepedulian dari bunda PAUD dan guru-guru PAUD datang melayani mereka sama seperti kita melayani anak-anak yang ada di Kota Jayapura," ujarnya.
Demonstrasi yang berujung kerusuhan di Wamena, pada Senin, 23 September 2019 itu menyebabkan 33 orang meninggal dunia, baik warga pendatang maupun warga Papua.
Pendemo juga merusak dan membakar ratusan bangunan milik pemerintah maupun swasta di daerah tersebut.
Baca juga: Wagub: Prioritaskan sekolah anak perantau Minang dari Wamena
Pewarta: Musa Abubar
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019