Ambon (ANTARA) - Peristiwa ikan hiu mendekati sekitar pesisir pantai Dusun Batu Badiri, Kecamatan Leihitu Barat (Pulau Ambon), Kabupaten Maluku Tengah tidak berkaitan dengan akan terjadi bencana alam, kata Kepala Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Augy Syahailatua.
"Tidak ada kaitannya dengan bencana alam gempa bumi, tsunami maupun longsor bawah laut. Hiu adalah predator tingkat tinggi, secara normal dia bergerak mendekati daerah pesisir untuk mencari ikan-ikan kecil yang menjadi makanannya," kata Augy saat dihubungi dari Ambon, Selasa.
Sebelumnya beredar luas video dan foto warga Dusun Batu Badiri menangkap ratusan ikan kembung (Rastrelliger kanagura) yang berenang hingga ke tepian pantai, karena dikejar oleh dua ekor hiu berukuran sekitar 50 centimeter.
Fenomena siklus rantai makanan ikan pelagis yang dalam istilah setempat disebut dengan ikan lema dikejar hiu, oleh banyak warga dikaitkan dengan akan terjadi bencana gempa bumi dan tsunami.
Baca juga: BMKG minta warga Ambon tak terpancing isu tsunami terkait ikan mati
Augy mengatakan ikan kembung merupakan jenis ikan pelagis yang hidup di permukaan air hingga kolom air antara nol hingga 200 meter. Ketika ikan jenis ini berada di pesisir pantai mengindikasikan kualitas perairan di sekitarnya sedang baik.
Banyaknya ikan pelagis di sekitar pesisir pantai secara alami akan memancing hiu yang merupakan pemangsa untuk mendekati wilayah tersebut, seperti halnya yang terjadi di pantai Dusun Batu Badiri.
"Ini memberikan indikator kualitas air baik atau sedang subur sehingga ikan-ikan kecil seperti lema akan berkumpul di sana, tentunya juga akan memancing ikan hiu untuk datang mencari makan di sekitar situ," ucap dia.
Suburnya perairan di Dusun Batu Badiri dan membuat banyak ikan pelagis di sekitar pantai, diduga karena berkurangnya aktivitas masyarakat di pesisir selama beberapa hari terakhir, sebab banyak yang mengungsi setelah gempa bumi pada 26 September 2019.
Fenomena semacam ini, kata Augy pernah terjadi saat konflik horisontal 1999. Saat itu ikan cakalang yang biasanya hidup di kedalaman nol hingga 400 meter, banyak tertangkap di dalam Teluk Ambon yang merupakan laut dangkal.
"Laut mampu memulihkan kondisinya. Kalau kita lihat selama beberapa hari terakhir aktivitas masyarakat di kawasan pesisir berkurang sehingga laut menjadi subur lagi, seperti tahun 1999, nelayan bisa dengan mudah menangkap cakalang di dalam Teluk Ambon," ujar Peneliti utama bidang biologi oseanografi ini.
Baca juga: BMKG: isu gempa dan tsunami di Ambon hoaks
Pewarta: Shariva Alaidrus
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019