Target 50 ini menggugah kita bahwa Indonesia mempunyai kekayaan hayati yang belum banyak dieksplorasi
Cibinong, Jawa Barat (ANTARA) - Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menargetkan penemuan hingga 50 jenis baru kekayaan hayati sepanjang 2019, sedangkan sejak Januari hingga awal Oktober tahun ini tercatat 33 jenis baru yang ditemukan lembaga itu.
"Sampai bulan Oktober 2019, sudah ada 33 jenis baru . Saya yakin dua bulan ke depan akan ada temuan terbaru lagi," kata Kepala Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI Cahyo Ramadi dalam pertemuan dengan awak media di Pusat Penelitian LIPI di Cibinong, Jawa Barat, Selasa.
Dengan bertambahnya 33 jenis baru fauna tersebut, maka ada total 519 spesies yang telah ditemukan LIPI hingga saat ini.
Sebanyak 513 spesies baru itu, terdiri atas 52 mamalia, enam burung, 82 ikan, 71 krustasea, 80 moluska dan invertebrata lain, serta 150 serangga dan arthropoda lain. Sementara itu, enam spesies baru lain diumumkan awal Oktober 2019, yakni katak tanduk Kalimantan, tiga spesies baru kodok wayang, cicak batu Gunung Muria, dan burung Myzomela prawiradilagae.
"Target 50 ini menggugah kita bahwa Indonesia mempunyai kekayaan hayati yang belum banyak dieksplorasi," ujar Cahyo.
Baca juga: LIPI identifikasi spesies baru katak, kodok, cicak, burung
Pada periode 2015-2019, jenis yang paling banyak adalah kelompok udang, moluska, ikan, reptil, amfibi, dan burung. Saat ini, sudah ada 1.772 jenis burung di Indonesia. Ada 3.500 anak jenis burung di Indonesia, dan ada kemungkinan anak jenis akan bertambah.
Menurut Cahyo, penemuan spesies baru itu bukan sebagai euforia untuk eksploitasi tetapi menunjukkan bahwa Indonesia mempunyai potensi keanekaragaman hayati dan adanya potensi kepunahan yang harus diantisipasi.
Spesies terancam punah, kata dia, karena perubahan atau alih fungsi lahan, eksploitasi keanekaragaman hayati dengan perburuan liar, perubahan iklim, polusi, dan spesies invasif.
Cahyo menuturkan karena Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan keanekaragaman hayati, maka perlu sumber daya manusia dan fasilitas yang mendukung kegiatan eksplorasi.
Untuk itu, ujar dia, diperlukan peneliti bidang taksonomi dalam upaya mengklasifikasikan dan mengidentifikasikan spesies tersebut.
Baca juga: Peneliti temukan 16 spesies baru keong darat asal Jawa
Baca juga: Cecak spesies baru ditemukan di Gunung Muria Jateng
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019