keberadaan tengkulak menjadi hambatan petani untuk mengakses informasi harga
Palembang (ANTARA) - Jumlah unit pengolahan dan pemasaran bahan olahan karet (bokar) di Sumatera Selatan bertambah dari 178 unit pada 2018 menjadi 207 unit per September 2019 berkat upaya masif pemerintah setempat mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya penjualan karet dalam satu harga.
Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Dinas Perkebunan Sumsel Rudi Aprian di Palembang, Selasa, mengatakan, unit pengolahan dan pemasaran bokar (UPPB) itu tersebar di 12 kabupaten/kota di Sumsel dari 17 yang ada.
“Kami mengupayakan di setiap kabupaten/kota bermunculan UPPB, terutama di daerah-daerah yang memang mata pencarian penduduknya dari berkebun karet,” kata dia.
Baca juga: Produksi karet Sumsel melorot 60 persen akibat penyakit gugur daun
Ia mengatakan Pemprov Sumatra Selatan menilai penerapan lelang karet dengan sistem satu desa, satu mutu, satu harga dan satu hari lelang atau 4S bisa meningkatkan harga jual di tingkat petani.
Inovasi lelang karet 4S mampu meningkatkan nilai jual harga karet lebih tinggi dengan selisih Rp3.000—Rp4.000 per kg dari harga jual sebelumnya.
“Dengan harga yang lebih tinggi maka tingkat kesejahteraan masyarakat petani karet, buruh karet akan lebih baik,” kata dia.
Harga karet Sumsel pada pekan ini tercatat mulai dari Rp5.850 per kg untuk kadar karet kering (KKK) 40 persen hingga mencapai Rp14.624 per kg untuk KKK 70 persen.
Baca juga: Kementan: hasil bokar bersih harus ditingkatkan
Rudi menjelaskan langkah lelang 4S yang diinisiasi pemprov tersebut juga mampu mengatasi masalah mutu bahan olah karet (bokar) rendah dan beragam, serta tingkat adopsi teknologi karet baru mencapai 60 persen.
Tak hanya itu, selama ini rantai pemasaran karet di Sumsel dinilai cukup panjang dengan kegiatan pemasaran bokar dengan pola tradisional.
“Persaingan harga tidak transparan, keberadaan tengkulak atau pedagang perantara menjadi hambatan petani untuk mengakses informasi harga,” kata dia.
Rudi mengatakan lemahnya posisi petani karena tidak mereka tidak berkelompok dalam UPPB. Sehingga, tingkat kesadaran petani terbatas mengenai pentingnya kelembagaan pemasaran yang terorganisasi.
“Manfaat utama inovasi ini adalah meningkatkan kesadaran petani, perbaikan mutu bokar, meningkatkan posisi tawar, transparansi dari bagian harga yang lebih besar 80 persen FOB,” kata dia.
Baca juga: Kekurangan bahan baku, pabrik karet di Sumsel kurangi jam kerja
Ia menjelaskan inovasi lelang 4S sebagai langkah tepat merespon rendahnya harga karet petani. Pemprov bakal mengalokasikan dana pengembangan program lelang 4S berkelanjutan di 12 Kabupaten/Kota dalam dua tahun mendatang.
Hingga saat ini terdapat 205 UPPB yang tersebar di 12 Kabupaten/Kota sentra karet dan telah memberikan keuntungan bagi petani karet dan nilai tambah lainnya dari kegiatan lelang yang dilakukan.
Meskipun produksi karet di Sumsel baru terserap 7 persen melalui UPPB, kata dia, namun pihaknya menargetkan akan membentuk 3.000 UPPB lagi agar manfaat lelang 4S semakin meluas di berbagai wilayah.
“Gagasan lelang 4S akan mempermudah akses pemasaran langsung bokar petani yang selama ini mengalami berbagai kendala teknis di lapangan,” kata dia.
Baca juga: Sumsel kekurangan pabrik pengolahan karet
Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019