Jakarta (ANTARA) - Pemanfaatan teknologi diharapkan dapat mendorong kemajuan pendidikan dan layanan kesehatan di daerah tertinggal, demikian disampaikan pejabat dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
"Kami menggandeng sejumlah perusahaan rintisan untuk melahirkan inovasi yang bermanfaat bagi percepatan kualitas pendidikan dan layanan kesehatan di daerah tertinggal. Dengan demikian, diharapkan bisa mempercepat program pemerintah yang terkait dengan kualitas pendidikan dan berkurangnya kematian ibu dan anak," ujar Direktur Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal Kemendes PDTT, Priyono, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.
Sejumlah inovasi untuk sektor pendidikan telah diujicoba di sejumlah daerah tertinggal dengan fokus pada pembelajaran. Ada tiga perusahaan rintisan yang telah menjadi mitra, yakni HaloHola, Quipper dan Genius. Ketiganya mengembangkan konten pembelajaran termasuk metode belajar. Misal, menyiapkan konten untuk peserta didik di daerah tertinggal agar nilai ujian lebih baik.
Baca juga: Pemanfaatan teknologi kesehatan berbasis nuklir masih tertinggal
Perusahaan rintisan tersebut memberikan peralatan yang memungkinkan untuk disampaikan dalam bentuk luar jaringan. Melalui inovasi itu, memungkinkan guru bisa melayani beberapa kelas, sekaligus bisa memecahkan persoalan kurangnya jumlah guru dan minimnya fasilitas pendidikan di daerah tertinggal. Uji coba dilakukan di 10 SMP negeri di Kabupaten Halmahera Barat, selanjutnya di Kabupaten Sambas.
Juga dilakukan dengan Universitas Terbuka untuk meningkatkan kompetensi tenaga pendidik PAUD di Kabupaten Solok melalui sertifikasi.
"Mengapa PAUD? karena metode pendidikan mulainya dari PAUD. Secara teoritis pendidikan dini berpotensi meningkatkan angka partisipasi sekolah. Makanya yang digarap adalah pendidikan dasar. Benihnya dari sini," terang dia.
Untuk sektor kesehatan dilakukan berbagai langkah yakni peningkatan kapasitas tenaga kerja bidang kesehatan melalui lokakarya, dengan maksud memberdayakan masyarakat daerah tertinggal dalam pencegahan stunting dan mengenalkan solusi kesehatan melalui Emo Demo atau Emotional Demonstration dan solusi berbasis teknologi kesehatan jarak jauh melalui aplikasi SEHATI dan TeleCTG.
Untuk pencegahan dan menanggulangi stunting dilakukan melalui pelatihan untuk tenaga kesehatan, kader dan pendamping desa, screening berjenjang dari tingkat desa, puskesmas sampai RSUD, intervensi gizi spesifik menggunakan makanan kaya protein hewani dan pangan olahan untuk Kondisi Medis Khusus (PKMK) untuk anak stunting disertai gizi buruk.
Baca juga: Mendes PDDT: 6.500 desa tertinggal sudah terentaskan
Pewarta: Indriani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019