Ini akan memungkinkan 4G dan 5G untuk beroperasi secara beriringan dan membantu operator mengelola capex

Jakarta (ANTARA) - GM Bisnis dan Teknologi 5G Intel Corporation, Robert Topol, ketika ditanyakan mengenai teknologi mutakhir tersebut, mengemukakan bahwa "5G will be the post-smartphone era," (5G akan menjadi zaman pascaponsel pintar).

Saat ini, dunia teknologi sedang menggila mengenai 5G, atau teknologi jaringan seluler generasi kelima.

Berbagai pihak menyatakan bahwa 5G akan menjadi landasan mendasar dari penerapan Revolusi Industri 4.0, serta akan menjadi bagian penting dari berbagai infrastruktur seperti jalan raya, energi, hingga sektor transportasi.

Dengan demikian, maka ke depannya diperkirakan bahwa 5G akan bisa menjadi teknologi yang menghubungkan berbagai peralatan dan prasarana yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari.

Bagaimana halnya dengan Indonesia? Di dalam negeri, pemerintah sendiri juga telah mendorong agar seluruh operator telekomunikasi melakukan uji coba jaringan 5G mengingat teknologi tersebut akan mendukung perekonomian nasional dan menjadi peluang bisnis yang menjanjikan bagi perusahaan.

"Kalau ditanya ke pemerintah sudah sejauh mana kesiapan 5G, maka sebaiknya yang harus ditanya adalah ke operator telekomunikasi, sudah seberapa jauh kesiapannya, mengingat operator yang paling berkepentingan," kata Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara saat acara fiberisasi untuk kesiapan 5G di Jakarta, Rabu (21/8).

Menurut Rudiantara, sejumlah negara seperti Korea Selatan dan Jepang saat ini juga terus mengembangkan dan menyiapkan 5G sebagai teknologi termutakhir telekomunikasi dalam upaya mendukung pertumbuhan ekonomi. Bahkan Jepang disebut tengah mengembangkan 5G guna mendukung penyelenggaraan Olimpiade 2020.

Mengingat teknologi 5G saat ini sudah menjadi kebutuhan dunia, Rudiantara mengatakan bahwa semua operator telekomunikasi di Indonesia harus aktif dan terus melakukan uji coba jaringan 5G dengan basis antarbisnis (B to B).

Baca juga: Layanan 5G bakal percepat kinerja digitalisasi usaha nasional

Tingkatkan pendapatan
Berdasarkan hasil riset yang dilakukan antara lain oleh perusahaan digital global, Cisco, layanan digitalisasi teknologi 5G dalam industri telekomunikasi diyakini bakal meningkatkan pendapatan operator telekomunikasi di Indonesia hingga sebanyak 1,8 miliar dolar AS.

Hasil riset atau studi yang juga bekerja sama dengan perusahaan konsultan manajemen AT Kearney menekankan bahwa teknologi 5G memiliki kecepatan hingga 50 kali lebih cepat, 10 kali lebih responsif, dan daya konektivitas yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan teknologi 4G.

Managing Director ASEAN Service Provider Sales Cisco, Dharmesh Malhotra, dalam paparan hasil riset tentang teknologi 5G di Jakarta, Senin (7/10), menyatakan bahwa seiring dengan semakin terjangkaunya harga perangkat, maka jumlah langganan juga diprediksi akan meningkat sehingga pada 2025 penetrasi di Indonesia diperkirakan mencapai 25-40 persen di sejumlah negara di kawasan Asia Tenggara, dengan penetrasi di Indonesia diprediksi hingga 27 persen.

Selain itu, ujar dia, total jumlah langganan layanan di 5G di ASEAN akan mencapai lebih dari 200 juta pada 2025, dengan jumlah langganan tertinggi akan berasal dari Indonesia dengan lebih dari 100 juta pelanggan.

Ia juga mengemukakan, komersialisasi pemanfaatan teknologi 5G juga bisa dipercepat antara lain dengan penerapan konsep kota pintar, industri 4.0, serta penyebaran Internet of Things (IoT).

Dharmesh mengingatkan bahwa berbagai perusahaan juga berupaya meningkatkan pertumbuhan dengan mendorong terjadinya Revolusi Industri 4.0 yang mengandalkan antara lain teknologi kecerdasan buatan, IoT, dan robotik tingkat tinggi.

"Sudah ada contohnya hotel di Korea Selatan yang menggunakan robot teknologi 5G untuk menerima pesanan layanan kamar," ucapnya.

Hal itu juga dinilai memberikan peluang besar bagi operator telekomunikasi untuk meningkatkan eksistensi mereka di sektor telekomunikasi, serta pada saat yang bersamaan mempertahankan pertumbuhan jangka panjangnya.

Investasi infrastruktur
Dharmesh juga menekankan pentingnya agar investasi untuk berbagai infrastruktur penunjang 5G dibangun sejak dini atau sejak awal, dan diperkirakan mayoritas perusahaan telekomunikasi di Indonesia sudah melakukannya.

Ia mengingatkan bahwa investasi infrastruktur 5G sangat penting antara lain karena Indonesia sebagai negara terbesar di kawasan ASEAN memiliki jumlah populasi yang terbesar di Asia Tenggara serta memiliki hingga sekitar 17.000 pulau yang perlu terkoneksi dengan baik, sehingga potensi terbesar 5G juga ada di Indonesia.

Ia menyadari bahwa di ASEAN, operator perusahaan telekomunikasi kemungkinan akan terus berinvestasi dalam meningkatkan jaringan 4G yang mereka miliki.

Namun, lanjutnya, berbagai operator tersebut juga dinilai secara bersamaan telah mempersiapkan kemampuan dan investasi terkait teknologi 5G.

"Ini akan memungkinkan 4G dan 5G untuk beroperasi secara beriringan dan membantu operator mengelola capex (capital expenditure) berikut ROI (Return of Investment) mereka secara berkelanjutan," katanya.

Dharmesh mengemukakan, Cisco juga membantu operator jaringan dalam upaya mengimplementasi teknologi 5G dan sejauh ini telah terlibat dengan sejumlah pelanggan di kawasan ASEAN.

Membayar lebih
Sementara itu, peneliti konsultan manajemen multinasional AT Kearney, Hari Venkataramani menyatakan hasil riset menunjukkan bahwa kebanyakan pengguna teknologi digital seperti pemakai telepon seluler di Indonesia mengaku tidak apa-apa membayar lebih untuk menggunakan teknologi 5G.

"Konsumen tertarik dengan 5G dan menyatakan tidak mengapa membayar lebih untuk kualitas yang lebih baik," kata Hari Venkataramani.

Namun, menurut dia, akan fatal bagi operator telekomunikasi untuk terlibat dalam perang harga hanya untuk menarik lebih banyak pelanggan.

Ia memaparkan, operator perlu membangun kapabilitas baru perusahaan serta menyediakan layanan yang bisa menggabungkan konektivitas tingkat tinggi dengan solusi serta aplikasi untuk membantu pelanggan dalam memahami dan menerapkan teknologi 5G.

Berbagai operator tersebut, lanjutnya, dinilai juga harus bersaing dengan berbagai perusahaan kompetitor atau pesaing baru yang menyediakan jaringan pribadi untuk perusahaan.

Untuk itu, ujar dia, permasalahan utama yang perlu diambil oleh regulator atau pemerintah antara lain memastikan ketersediaan spektrum jangka pendek hingga memelihara kemampuan keamanan siber nasional di seluruh kawasan.

Puaskan pelanggan
Apalagi, teknologi 5G saat ini juga dinilai menjadi tren yang terus diupayakan dapat dijalankan oleh semua operator telekomunikasi di dunia sehingga semua perusahaan mencoba untuk menjalankan demi memuaskan pelanggan.

Tidak heran bila diterapkan dengan baik dan tersebar secara merata, maka layanan teknologi 5G juga diyakini bakal dapat mempercepat kinerja digitalisasi usaha nasional.

"Peluncuran layanan 5G akan berperan besar dalam mempercepat digitalisasi bisnis dan memberikan manfaat besar bagi perusahaan Indonesia," kata Managing Director Cisco Indonesia Marina Kacaribu.

Menurut dia, dampak terbesar akan dirasakan oleh sejumlah sektor utama seperti manufaktur dan jasa sebagai kontributor terbesar perekonomian secara keseluruhan.

Seiring dengan tingginya jumlah pengguna data, lanjutnya, operator telekomunikasi di Indonesia dinilai juga akan memimpin pertumbuhan di kawasan ASEAN berkat pemanfaatan potensi implementasi teknologi 5G.

Dengan demikian, maka sudah selayaknya berbagai pemangku kepentingan, baik itu pemerintah, pihak swasta, maupun publik secara keseluruhan, untuk mendukung penyebarluasan 5G di Nusantara.

Baca juga: Peneliti: Pengguna digital tak apa bayar lebih untuk 5G
Baca juga: Indonesia perlu benahi tiga sektor untuk adopsi 5G

Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019