Jakarta, (ANTARA News) - Sering terjadi vandalisme terhadap peralatan peringatan dini banjir bandang milik LIPI di berbagai daerah seperti tabung curah hujan "rain gauge" yang terbuat dari aluminium, kabel sensor hingga pagar "remote station". "Halangan dari bekerjanya peringatan dini itu adalah kurangnya biaya pemeliharaan dan vandalisme yang entah oleh siapa tiba-tiba peralatan yang kami pasang hilang," kata Peneliti Pusat Penelitian Kalibrasi, Instrumentasi dan Metrologi LIPI Hari Hadi Santoso di Serpong, Tangerang, Selasa. Ia mencontohkan, kabel sensor yang dipasangnya di sungai untuk mengetahui kemungkinan jatuhnya longsoran tanah di sebuah bukit yang rawan longsor dan mampu mengirim data seketika (realtime) ke base stasiun tiba-tiba memberi peringatan padahal kondisi cuaca baik. "Ternyata kabel sensor yang dipasang putus dan menghilang. Itu berarti telah terjadi vandalisme," katanya sambil menyayangkan adanya masyarakat yang tega berbuat seperti itu, padahal peralatan itu penting dalam peringatan dini bencana banjir disertai lumpur akibat longsor (banjir bandang). Pihaknya telah mulai memasang berbagai peralatan peringatan dini banjir bandang seperti piezometer untuk mengukur pergeseran tanah, "rain gauge" untuk mendeteksi curah hujan, pengukur level air di sungai, dan kabel sensor sejak sekitar 1983-1984. Peralatan itu dipasang antara lain di kawasan rawan banjir bandang seperti di gunung Merapi, Kelud, Semeru dan lokasi-lokasi berisiko lain. Ditanya biaya pembangunan yang diperlukan, ia menjawab untuk stasiun peringatan dini dengan sistem radio, biaya pembangunan "base station" sekitar Rp40 juta dan untuk "remote station" Rp70 juta berhubung harus membangun "tower". Pihaknya memasang peralatan peringatan dini terakhir di Bengkulu pada tahun lalu yakni satu master (base station) dan lima "remote station". "Sejak tiga tahun terakhir kami juga sudah membuat sistem yang berbasis GSM atau CDMA dengan sistem SMS yang jauh lebih murah, namun masih tergantung dari operator telepon sementara daerah terpencil seringkali tak ada sinyal," katanya. Peralatan tersebut akan mengirim informasi seketika begitu terjadi anomali misalnya pergeseran tanah 2 cm ke "base station", informasi itu kemudian dikirim ke Pemda dan Pemda kemudian membunyikan sirine jika peringatan sudah pada tahap awas, ujarnya. Hampir 70 persen peralatan, ujarnya, merupakan komponen dalam negeri, sedangkan perangkat lunaknya sudah dibuat oleh LIPI sendiri.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008