"Bahasa Indonesia memiliki makna khusus bagi saya. Masa kecil saya dipenuhi dengan ekspresi-ekspresi dalam bahasa yang indah ini," kata Mark Rutte

Jakarta (ANTARA) - Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mengatakan bahasa Indonesia memiliki makna khusus baginya, karena kedua orang tuanya yang pernah menetap di Indonesia selama beberapa tahun sebelum dia lahir.

"Bahasa Indonesia memiliki makna khusus bagi saya. Masa kecil saya dipenuhi dengan ekspresi-ekspresi dalam bahasa yang indah ini," kata Mark Rutte, saat menyampaikan pidato di hadapan alumni universitas Belanda di Indonesia dan sejumlah pelaku bisnis dagang, di Erasmus Huis Jakarta, Senin malam.
Baca juga: Mark Rutte berharap kantor dagang Surabaya promosikan circular economy

Usai menyapa para tamu undangan dengan bahasa Indonesia, PM Rutte menjelaskan sengaja menggunakan bahasa Indonesia untuk menyapa para tamu karena merupakan bagian dari masa kecilnya bersama keluarga.

"Sebelum saya lahir, ibu dan ayah saya berada di Indonesia untuk waktu yang cukup lama hingga akhir tahun 1950-an. Saya selalu tertarik dengan kisah-kisah tentang negara anda," katanya lagi.

Tak hanya itu, dia menyebut nasi goreng sebagai salah satu makanan yang paling dia gemari dan kerap disajikan oleh ibunya, dan mengatakan dia lahir dan tumbuh di Kota Den Haag yang dia anggap sebagai kota ‘paling Indonesia’ di Belanda.

"Saya memiliki koneksi dengan Indonesia, negara anda. Begitu pula ratusan dan ribuan orang di Belanda yang memiliki akar Indonesia," ujarnya.
Baca juga: Indonesia apresiasi kerja sama RI-Belanda terkait sawit lestari

Acara networking night dengan tema ‘connectivity’ itu merupakan rangkaian terakhir dari sejumlah kegiatan yang dilakukan PM Rutte dalam kunjungan satu hari, sebelum bertolak ke Australia dan Selandia Baru.

Sebelumnya, PM Mark Rutte telah bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Bogor, berbicara dalam acara diskusi publik, dan meresmikan Kedubes Belanda di Jakarta yang telah rampung direnovasi.

Rutte telah mengunjungi Indonesia tiga kali sebagai Perdana Menteri Belanda, yakni tahun 2013, 2016, dan 2019.

Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019