Kairo, (ANTARA News) - Mantan Duta Besar (Dubes) Mesir untuk Israel Mohammad Basyuni menegaskan konflik di Palestina akan tuntas bila pendudukan Israel diakhiri.
"Akhirilah pendudukan, semuanya akan beres. Berbagai masalah akan selesai jika Israel mengakhiri pendudukan di Palestina. Selama pendudukan (Israel atas wilayah Palestina) masih berlangsung, masalah akan tetap ada dan tidak selesai," katanya berkali-kali dalam jumpa pers dengan wartawan Mesir maupun internasional di Kairo, Mesir, Minggu.
Jumpa pers bertajuk "Al-Udwan Ala Gaza" (Agresi Israel atas Gaza) itu juga menghadirkan Dr Abdul Munim Said, analis politik sekaligus Direktur "Al-Ahram Strategic Institute", yang diadakan di "Press Center" pada "State Information Service" Mesir.
Beberapa wartawan Indonesia, termasuk ANTARA menghadiri jumpa pers itu atas undangan General Manager "Press Center" Mesir Ali Abrahim, yang sehari sebelumnya memberikan rekomendasi untuk dapat meliput di perbatasan Mesir-Palestina di Rafah.
Menurut Mohammad Basyuni, yang setelah menjadi Dubes Mesir untuk Israel di Tel Aviv selama 20 tahun, dan kini menjadi Ketua Komisi Politik dan Keamanan di "Shoura Council", dalam kasus konflik Palestina-Israel yang terakhir ini, d imana pintu perbatasan menjadi hal penting, setelah Gaza dikuasai Hamas, kesepakatan pihak terkait menjadi tidak efektif.
"Shoura Council" adalah lembaga semacam Dewan Pertimbangan Agung (DPA) di Indonesia pada masa lalu, dan bisa memberikan masukan kepada pemerintah, tetapi saran yang diberikan tidak mutlak dilaksanakan oleh eksekutif.
Pintu masuk di Rafah, perbatasan Mesir-Palestina, dalam kesepakatan empat pihak yakni Palestina, Israel, Mesir dan Uni Eropa, dimana Amerika Serikat (AS) menjadi saksi, dapat dibuka jika keempat pihak menyetujuinya.
Ia menambahkan bahwa Mesir juga menolak hal yang berkaitan dengan terowongan, yang diisukan sebagai jalur penyelundupan senjata di perbatasan.
"Kalau sudah penyelundupan, nanti bukan hanya senjata, tapi bisa meluas kepada (penyelundupan) orang dan juga Narkoba," katanya.
Sementara itu, analis politik Abdul Munim Said mengemukakan bahwa berkaitan dengan posisi Hamas, untuk melihat posisi Palestina secara menyeluruh diakui ada kesulitan, karena adanya dua faksi utama yang ada, yakni kelompok Fatah dan HAMAS.
Meski tidak disebutkan secara formal, analisa itu merujuk pada faksi HAMAS yang selama ini didukung Iran dan Fatah yang didukung Mesir.
Menurut dia, HAMAS dan pendukungnya selalu mendesak soal isu pembukaan perbatasan, namun mereka lupa pada inti permasalahan utama yakni negara Palestina sendiri.
"Ibaratnya ada desakan yang sifatnya emosional sementara,namun Mesir lebih memilih pendekatan komprehensif, meski langkahnya dilakukan secara bertahap," kata Abdul Munim Said. (*)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009
negara d berkati!
jangan suka menghina negara orang!
urusin ajj negara sendiri!
god bless israel!!
percyalah bahwa kunci dari maslah itu memang pengembalian wilyah tersebut pada pemilik sahnya- warga dan bangsa palestina, yang juga akan membri hak pada bangsa yahudi yang waras dan mau hidup berdampingan.
tapi gmana caranya mengingatkan yahudi2- zionis2 dan antek2nya yang bebal dan biadab! satu2nya cara berjuang dan berjihad!