Bangkok, (ANTARA News) - Kelompok militan separatis di Thailand selatan yang mayoritas berpenduduk Muslim membunuh tiga warga Thailand, termasuk dua petugas keamanan, di hari-hari yang kacau setelah kelompok pemberontak tak dikenal mengumumkan gencatan senjata. Seorang tentara tewas dan lima lainnya cedera Selasa, ketika patroli mereka diserang di provinsi selatan Narathiwat, salah satu dari tiga provinsi di mana pemberontakan selama empat tahun telah menewaskan lebih dari 3.000 orang. Orang bersenjata menembaki patroli yang terdiri 12 orang setelah memasang sebuah bom besar di pinggir jalan, kata polisi. Pada Senin, enam polisi dan seorang warga sipil di provinsi terdekat, Yala, juga luka-luka akibat serangan bom. Salah seorang dari petugas tewas sesampai di rumahsakit. Pada hari yang sama di Narathiwat, seorang kepala desa ditembak tewas oleh orang-orang yang diduga militan saat dia pulang dengan mengendarai sepeda-motor ke rumahnya. Hampir tiap hari terjadi serangan senjata dan bom yang tak pernah berhenti sejak Persatuan Pemberontak Bawah Tanah Thailand yang mengaku mewakili 11 kelompok pemberontak, mengumumkan gencatan senjata pekan lalu. Para pakar keamanan mengabaikan pengumuman mereka dan mengatakan, bahwa pengumuman itu dibuat oleh satu kelompok yang tidak berpengaruh di wilayah itu. Pihak militer Thailand mengidentifikasi pimpinan kelompok tersebut adalah Malipeng Khan. Ia pernah aktif dalam gerakan separatisme pada tahun 1980-an, yang gagal mempersatukan kelompok-kelompok pemberontak di wilayah yang dulunya kawasan otonomi kesultanan Melayu, yang kemudian dianeksasi oleh Thailand yang mayoritas penduduknya menganut Budha seabad lampau. Sejak aksi kekerasan itu meletus kembali pada 2004, pihak pemberontak tak pernah menyatakan atau mengklaim bertanggungjawab atas serangan-serangan di wilayah dekat perbatasan Malaysia yang banyak memproduksi karet itu, demikian diwartakan Reuters. (*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008