Jakarta (ANTARA News) - Ia memandang dirinya sebagai pembela Serbia selama Perang Bosnia 1992-95, namun akibat ulahnya ia menjadi orang paling dicari di dunia, dan pada Senin (21/7) pelarian panjangnya pun berakhir. Selama 11 tahun ia menjadi penghalang utama bagi upaya Republik Serbia, yang berusaha mempertahankan keberadaan Republik Yugoskavia, untuk bergabung dengan Uni Eropa (UE). Uni Eropa menjadikan penangkapan mantan pemimpin Serbia Bosnia, Radovan Karadzic, itu sebagai salah satu syarat bagi Serbia untuk bergabung. Karadzic, psikiater profesional dan penyair amatir dari warga biasa, menjadi "Presiden Republik Serbia Bosnia" yang secara sepihak memproklamasikan diri sebelum pasukan NATO menciduk para tersangka yang dicari oleh Mahkamah Perang Internasional di Den Haag pada 1997. Karadzic menjadi pemimpin Serbia Bosnia selama Perang Bosnia 1992-1995. Ia didakwa oleh Mahkamah Kejahatan Perang PBB di Den Haag pada Juli 1995 karena mensahkan penembakan terhadap warga sipil selama pengepungan 43 bulan atas Sarajevo. Ia didakwa melakukan pemusnahan suku bangsa untuk kedua kali empat bulan kemudian karena menjadi otak pembantaian sebanyak 8.000 orang Muslim setelah pasukan Mladic menguasai "daerah aman" PBB, Srebrenica, di Bosnia timur. Ia bersembunyi pada 1997, dua tahun setelah campur-tangan militer NATO mengakhiri perang tersebut, yang terjadi menyusul ambruknya Yugoslavia. Dari enam republik bekas Yugoslavia, Bosnia-Herzegovina harus membayar harga paling mahal bagi kemerdekaan dari orang Serbia di bawah pimpinan Karadzic, yang bertanggung jawab atas sebagian besar dari 100.000 korban jiwa. Namun harapan orang Serbia di bekas Yugoslavia untuk mendirikan "Republik Serbia Raya" kian jauh dari jangkauan mereka. Gempuran NATO dan pasukan gerak cepat PBB membuat mereka tak berkutik, dan aliansi Muslim-Kroasia Bosnia pada pekan kedua September 1995 semakin mendesak etnik pembangkang itu. Serangan itu dilancarkan pada saat etnik Serbia Bosnia setuju menghentikan pengepungan atas ibukota Bosnia-Herzegovina, Sarajevo, dan menarik senjata beratnya dari sekitar kota tersebut sebagai imbalan bagi dihentikannya serangan udara NATO. Saat itu Karadzic "berteriak-teriak" meminta semua orang Serbia membantunya membendung arus serangan Muslim-Bosnia dan etnik Kroasia. Karadzic menyatakan ia "tak bersalah" serta memperotes pengadilan tersebut sebagai "pengadilan politik". Namun pada 1997, setelah kehilangan kekuasaan, ia bersembunyi sementara pengikutnya hingga kini memandang dia sebagai "penyelamat orang Serbia", "seorang pahlawan" yang diburu oleh negara besar Barat. Kalangan biasa Karadzic dilahirkan pada 19 Juni 1945 di satu desa di gunung di Montenegro dan dibesarkan dalam kemiskinan oleh kedua orang-tua yang memandang rendah kekuasaan komunis Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito. Ayahnya adalah petempur nasionalis Serbia yang cedera oleh simpatisan Tito mendekati Perang Dunia II dan dijebloskan ke penjara, demikian laporan kantor berita Inggris Reuters. Sebagai pemuda, Karadzic pindah ke ibukota Bosnia-Herzegovina, Sarajevo, dan menyandang gelar psikiater yang mengkhususkan diri pada system syaraf dan depresi. Ia dilaporkan pernah menangani klub sepakbola Sarajevo. Ia juga diberitakan pernah menerbitkan puisi dan hidup nyaman di kota tersebut, tapi tak pernah sepenuhnya diterima di kalangan kaum intelektual dan penulis kenamaan. Saat Yugoslavia yang memiliki banyak-etnik mulai retak pada penghujung 1980-an, setelah kematian Tito, Presiden Slobodan Milosevic mengobarkan semangat kaum nasionalis dan Karadzic pun dapat berkawan dengan sivitas akademika serta penulis yang berbicara mengenai pembentukan Republik Serbia Raya. Banyak anak didik Milosevic memilih Karadzic sebagai pemimpin Partai Demokratik Serbia (SDS), yang baru dibentuk. Ia diharapkan menjadi batu loncatan, tapi belakangan memperlihatkan kecerdikan dan tetap berkuasa. Saat Yugoslavia mulai terpecah, partai Karadzic dilaporkan membantu mempersenjatai orang Serbia di seluruh Bosnia-Herzegovina dan mendirikan wilayah otonomi dengan bantuan polisi dan militer Yugoslavia. Pada malam menjelang pecahnya perang 1992, Karadzic diberitakan mengeluarkan peringatan yang menentang proklamasi kemerdekaan Bosnia-Herzegovina sebagai negara berdaulat. Tindakan pemerintah di Sarajevo membuat republik itu terperosok ke dalam "neraka", dan menurut Karadzic "mungkin membuat orang Muslim Bosnia hilang, karena mereka tak dapat membela diri mereka kalau perang berkecamuk". Perang tak terelakkan dan pasukan Serbia Bosnia, dengan bantuan kekuata tempur Yugoslavia, merebut 70 persen wilayah Bosnia. Mereka mengusir atau membunuh orang Muslim Bosnia di banyak kota kecil. Tindakan orang Serbia Bosnia menyulut pengutukan internasional dan hingga 1994 Karadzic mulai kehilangan dukungan. Komitmen Serbia Tertangkapnya Karadzic, menurut Gedung Putih, Senin (21/7), memperlihatkan bahwa Republik Serbia terikat komitmen untuk menyeret para tersangka perang ke pengadilan. Karadzic memainkan peran dalam aksi brutal pembersihan etnik terhadap orang non-Serbia dan pembunuhan missal ribuan orang Muslim Bosnia serta warga sipil Kroasia Bosnia, kata jurubicara Gedung Putih Dana Perino sebagaimana diberitakan kantor berita Jerman, DPA. Amerika Serikat selama bertahun-tahun telah mendesak Serbia agar menangkap Karadzic dan menyerahkan dia ke Mahkamah Internasional bagi bekas Yugoslavia di Den Haag, dan kadang-kala menahan bantuan keuangan bagi Serbia. "Operasi ini sangat penting dalam memperlihatkan tekad pemerintah Serbia untuk menghormati komitmennya guna bekerjasama dengan Mahkamah Pidana Internasional bagi bekas Yugoslavia," kata Perino sebagaimana dikutip DPA. Menurut Perino, tak ada pengadilan yang lebih baik bagi korban kekejaman perang dibandingkan dengan menyeret para pelakunya ke pengadilan. Tertangkapnya Karadzic menyisakan dua orang lagi yang masih bersembunyi dari Mahkamah Den Haag: Ratko Mladic dan Goran Harzic. Mladic (65) adalah panglima militer Serbia Bosnia selama perang 1992-95. Ia menghadapi dua dakwaan pemusnahan suku bangsa selama pengepungan 43-bulan atas Sarajevo, yang menewaskan tak kurang dari 12.000 orang, dan pemusnahan suku bangsa di Srebrenica. Hadzic (49) adalah pejabat lokal Serbia Kroasia yang didakwa merencanakan pembunuhan dan pendeportasian ratusan orang non-Serbia di Republik Serbia Krajina, yang memproklamasikan kemerdekaan secara sepihak di Republik Kroasia. (*)
Oleh Oleh Chaidar Abdullah
Copyright © ANTARA 2008