Beograd (ANTARA News) - Mantan pemimpin Serbia Bosnia Radovan Karadzic, yang telah dicari oleh Mahkamah Kejahatan Perang PBB untuk Yugoslavia, ditangkap di Serbia, Senin, demikian keterangan kantor Presiden Serbia dalam satu pernyataan, sebagaimana diberitakan Xinhua.
Menurut Reuters, berita penangkapan Karadzic disambut sukacita oleh warga Sarajevo. Mereka turun ke jalan untuk merayakan penangkapan tokoh yang dituduh berada di balik kasus pembantaian 11.000 warga Serbia.
"Saya membangunkan seluruh anggota keluarga saya," kata Fadil Bico, saat iring-iringan mobil yang membunyikan sirine memecah keheningan malam dan radio pemerintah Bosnia memutar pidato-pidato Karadzic di masa perang.
Sumber-sumber di pemerintahan Serbia mengatakan Karadzic telah diawasi gerak-geriknya dalam beberapa minggu terakhir. Saat ditangkap dia tidak berusaha melawan, kata mereka.
Penangkapan tersebut merupakan salah satu syarat diterimanya Serbia sebagai anggota Uni Eropa, yang menjadi harapan sebagian besar masyarakat di negara itu.
Richard Holbrooke, mantan jururunding AS semasa perang Balkan tahun 1990-an, menjuluki Karadzic sebagai "arsitek sejati dalam pembunuhan masal".
Karadzic bersembuyi setelah Holbrooke menegosiasikan kesepakatan Dayton tahun 1995 yang menyudahi perang di Bosnia dan NATO mengerahkan pasukan perdamaian secara besar-besaran pada awal tahun 1996.
Bersama panglima AD General Ratko Mladic, Karadzic dituduh terlibat dalam genosida di Srebenica, dimana sekitar 8.000 muslim Bosnia tak bersenjata dibunuh dan dikubur secara masal pada Juli 1995.
"Penangkapan Radovan Karadzic menegaskan bahwa setiap kejahatan akan berhadapan dengan pengadilan," ujar Munira Subasic, kepala perkumpulan janda korban Srebenica.
"Saya berharap mereka yang selama ini diam karena takut terhadap Karadzic akan mulai menunjukkan tempat-tempat yang menjadi kuburan masal dan membantu kami menemukan kebenaran atas nasib orang-orang yang kami cintai," katanya.
Penangkapan tersebut terjadi saat menteri-menteri luar negeri Uni Eropa berkumpul untuk membicarakan hubungan yang lebih dekat dengan Belgrade, menyusul terbentuknya pemerintahan baru yang pro-Barat.
"Ini membuktikan tekad pemerintah baru Serbia untuk menjalin kerjasama penuh dengan ICTY (International Criminal Tribunal on the former Yugoslavia)," kata Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso. (*)
***
Diperbaharui pada 21/7/2008 10.58 dengan tambahan informasi dan foto arsip dari kantor berita ReutersPewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008