Semarang (ANTARA News) - Para pelaku terorisme masih menggunakan cara memalsukan kartu tanda penduduk (KTP) untuk bisa masuk ke Jawa Tengah. "Mereka masuk dengan menggunakan KTP palsu," kata Wakapolda Jateng, Brigjen Pol. Adang Rochjana seusai acara kunjungan kerja Komisi I DPR RI di Kantor Pemerintah Provinsi Jateng, Senin. Adang mengatakan, KTP palsu tersebut terlihat masih ampuh untuk mereka masuk. Secara penampilan atau fisik mereka akan sulit dikenali karena perawakan dan muka yang hampir sama dengan warga negara Indonesia. "Oleh karena itu, modus operandinya biasanya mereka akan tidak banyak bicara. Karena hanya lewat bahasa mereka akan ketahuan," katanya. Adang mengatakan, Jateng menjadi daerah potensi untuk tempat bersembunyi, latihan, dan rekrutmen pelaku teroris. Kasus yang pernah ada, para pelaku terorisme yang masuk dalam kelompok Poso, Ambon, Bom Bali I dan Bom Bali 2 adalah mereka yang direkrut dari Jateng, "Saat itu, mereka di Ambon bergerak, setelah mereda, masuk ke Jateng dengan KTP palsu," katanya. Tempat-tempat yang pernah dijadikan tempat latihan dan bersembunyi adalah Gunung Sumbing, Wonosobo. "Wonosobo sepi dan tenang, tapi menghanyutkan," katanya. Tiga daerah lain yang masuk jaringan terorisme di Jateng yakni Semarang, Solo dan sekitarnya, serta Kudus. Ia menyebutkan, ada 71 orang pelaku teroris dari Jateng yang sudah memasuki proses hukum dan tujuh orang lainnya masuk dalam daftar pencarian orang (DPO). Masih latennya terorisnya di Jateng, tambah Adang, Polri bersama pihak BIN, Densus 88, Intelijen, dan TNI terus memantau perkembangan terorisme di seluruh daerah Jateng. "Kita tentu tidak bisa `single fighter` (berjuang sendirian), seluruh pihak harus ikut serta. Kita telah menggerakkan jaringan RT/RW jadi intel dasar," katanya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008