Singapura, (ANTARA News) - Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) mendesak Thailand dan Kamboja menunjukkan "sikap menahan diri dan hati-hati" dan menawarkan bantuan untuk menyelesaikan ketegangan antara mereka, kata Sekertaris Jenderal ASEAN, Surin Pitsuwan, Senin. Surin Pitsuwan, mengatakan Phnom Penh juga menyangkal mengeluhkan atau mencari intervensi dari Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) untuk mengatasi perselisihan mengenai kuil di perbatasan Kamboja dan Thailand, demikian diwartakan Reuters. "Para menteri telah mendesak kedua negara untuk bersikap menahan diri dan berhati-hati," kata Surin kepada wartawan dalam pembukaan pertemuan tahunan tingkat menteri luar negeri itu di Singapura. "Kedua belah pihak telah menunjukkan hasrat untuk menyelesaikannya dengan niat baik, serta mendesak rekan-rekannya. Mereka berharap kedua belah pihak akan menemukan penyelesaian yang bersahabat mengenai situasi itu." Surin mengatakan bahwa para menteri luar negeri ASEAN memperoleh informasi dari Thailand dan Kamboja pada Minggu malam bahwa mereka akan hadir dalam pertemuan pada Senin tidak jauh dari Bangkok untuk menemukan cara guna menurunkan ketegangan dan mengakhiri sikap bermusuhan. "Para menteri luar negeri juga menyatakan kesiapan untuk memperpanjang fasilitas ASEAN dalam rangka membantu menyelesaikan situasi itu dan menemukan solusi," katanya, seraya menambahkan bahwa Kamboja telah mengklarifikasi bahwa Phnom Penh tidak mencari keterlibatan apapun dari DK PBB. "Phnom Penh hanya menginformasikan kepada DK PBB dan tidak mencari keterlibatan ataupun bantuan (dari pihak lain) pada saat ini." Ratusan prajurit Thailand dan Kamboja saling berhadapan di kuil Preah Vihear yang berusia 900 tahun selama tujuh hari pada Senin, sebuah ketegangan yang dikhawatirkan berujung pada aksi kekerasan. Kuil itu, berada di sebuah hutan di tebing curam yang merupakan perbatasan dua negara, telah menjadi sumber ketegangan sehak Mahkamah Internasional memutuskan pada 1962 jika kuil itu menjadi milik Kamboja, suatu keputusan yang masih membuat marah Thailand. Sebagai pusat perselisihan adalah sebuah kuil seluas 4,6 km persegi, yang diklaim oleh kedua belah pihak. Pasukan Thailand menuju wilayah perselisihan pada Selasa lalu setelah tiga pengunjuk rasa asal Thailand ditahan oleh prajurit Kamboja ketika mereka mencoba mengibarkan bendera Thailand di kuil itu. Pada Senin, kedua menteri pertahanan akan bertemu di Thailand mencoba untuk mengakhiri kebuntuan, yang membuka kenangan perselisihan 2003 mengenai kuil Angkor Wat Kamboja. Perselisihan itu juga mengakibatkan sebuah gerakan nasionalis melakukan pembakaran di kedutaan Thailand di Phnom Penh. Analis mengatakan bahwa politik domestik di Thailand, dimana kuil itu dikenal sebagai wihara Khao Pra, telah memainkan peran penting dalam memperkeruh perselisihan perbatasan itu. Preah Vihear yang masuk dalam daftar warisan budaya dunia bulan ini memicu kegaduhan di Bangkok, dimana Aliansi Rakyat untuk Demokrasi (PAD) menuduh pemenrintah menjual sejarah Thailand dengan mendukung daftar itu. PDA, sebuah koalisi antara aktivis dan bangsawan melakukan kampanye di jalan menentang Perdana Menteri Samak Sundaravej, yang mereka tuduh sebagai perpanjangan tangan mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra, yang digulingkan melalui kudeta pada 2006. ASEAN beranggotakan 10 negara yaitu Thailand, Kamboja, Singapura, Filipina, Brunei, Myanmar, Indonesia, Laos, Vietnam, dan Malaysia. (*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008