Indramayu (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, memecahkan rekor membatik "complongan" sepanjang 100 meter dengan durasi waktu tercepat yaitu 492 detik dan dicatat pada Original Rekor Indonesia (ORI).

"Dengan adanya rekor ini, membuktikan komitmen dan kerjasama untuk membangun Indramayu bisa dilakukan oleh siapapun dengan latar belakang profesinya," kata Wakil Bupati Indramayu Taufik Hidayat di Indramayu, Minggu.

Penyerahan rekor dilakukan oleh manajemen ORI kepada Wakil Bupati Indramayu Taufik Hidayat, di mana rekor yang berhasil dicatat pada Original Rekor Indonesia (ORI) adalah pembuatan batik "complongan" sepanjang 100 meter dengan durasi waktu 492 detik.

Taufik mengatakan batik dengan teknik "complongan" ini hanya terdapat di Indramayu dan biasanya terdapat pada batik tulis halus menggunakan bahan kain primis seiring perkembangan batik cap pun dapat dicomplongi sehingga harganya bisa terjangkau.

Alat yang digunakan dalam membatik "complongan" terbuat dari sejumlah jarum denngan ukuran mata jarum 15 hingga 25, yang disusun secara beraturan, dan dijepit dua potong kayu berukuran 5 cm x 5 cm x 2 cm, dengan tali jagung sebagai pengikat.

"Membuat complongan pada kain batik butuh waktu dua hingga empat hari, bergantung dari kerumitan motif batiknya. Lubang-lubang halus itu akan menutup sendiri pada saat pewarnaan," ujarnya.

Taufik melanjutkan bahwa biiasanya warna bintik-bintik halus mengikuti warna yang paling gelap atau warna terakhir dalam pewarnaan, tapi sekarang bisa dilakukan hanya dalam waktu 492 detik untuk panjang 100 meter.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Dekranasda Kabupaten Indramayu Nani Indriyani Supendi menjelaskan batik "complongan" adalah salah satu teknik membatik dengan cara melubangi kain batik dengan deretan jarum membentuk pola tertentu yang menjadikan ciri khas batik tersebut.

"Kata 'complongan' berasal dari kata 'complong' dalam bahasa Indramayu yang berarti melubangi. Lubang dibuat dengan jarum diameter sekitar 0,5 milimeter. Teknik ini dilakukan sebelum kain diwarnai atau setelah kain di-tembok dengan lilin," katanya.

Namun lanjut Nani, tidak semua bagian kain dilubangi, hanya bagian tertentu yang telah di-tembok sesuai keinginan pembatiknya, hasilnya berupa titik-titik kecil bak deretan semut yang mempercantik motif kain batik.

Baca juga: Batik Indonesia warnai Bazaar Diplomatik Internasional di Yordania
Baca juga: Dekranasda Batang siap bangun ruang pamer UKM termasuk batik Rifaiyah
Baca juga: Hari Batik Nasional di Lapangan Merah, Moskow

Pewarta: Khaerul Izan
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2019