London (ANTARA News) - Seorang prajurit Inggris tewas Minggu dalam ledakan ketika sedang melakukan patroli rutin di Afghanistan, demikian diumumkan kementerian pertahanan di London. Prajurit marinir itu tewas di daerah Kijaki di provinsi bergolak Helmand, Afghanistan selatan, yang merupakan markas pasukan Inggris. "Ia sedang mengambil bagian dalam patroli pengamanan rutin ketika ledakan itu terjadi. Ia memperoleh perawatan medis segera di lokasi kejadian namun meninggal akibat luka-lukanya," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan, seperti dilapaorkan AFP. Inggris menempatkan sekitar 8.300 prajurit di Afghanistan, sebagian besar dari mereka memerangi gerilyawan Taliban di provinsi Helmand.            Dengan kematian itu, jumlah prajurit Inggris yang tewas di Afghanistan menjadi 139 sejak 2001, ketika pasukan pimpinan AS menggulingkan pemerintah Taliban.            Dari jumlah itu, sedikitnya 111 orang tewas akibat serangan musuh.            Prajurit itu adalah marinir ke-13 yang tewas dalam dua bulan terakhir.            "Kematian prajurit Marinir Kerajaan ini merupakan tragedi bagi setiap orang dalam Satuan Tugas Helmband," kata jurubicara satuan itu Letkol Paula Rowe.            "Meski kata-kata tidak bisa meringankan penderitaan keluarga, doa dan pikiran kami tetap bersama keluarga dan kerabat prajurit itu pada saat yang menyedihkan ini," katanya.            Ia adalah prajurit kedua Inggris yang tewas di Afghanistan bulan ini setelah Sersan Chris Reed dari Batalyon Tembak VI, yang tewas dalam serangan di distrik Garmsir di provinsi Helmand pada Tahun Baru.            Sebanyak 51 prajurit Inggris tewas dalam operasi di Afghanistan pada 2008.            Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang bertanggung jawab atas serangan-serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.              Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom-bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.            Dalam salah satu serangan paling berani, gerilyawan tersebut menggunakan penyerang-penyerang bom bunuh diri untuk menjebol penjara Kandahar pada pertengahan Juni, membuat lebih dari 1.000 tahanan yang separuh diantaranya militan berhasil kabur.            Puluhan ribu prajurit koalisi pimpinan AS dan pasukan ISAF pimpinan NATO berada di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai memerangi Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda sekutu mereka.      Tahun lalu Taliban meningkatkan serangan-serangannya di Afghanistan. Hampir 1.500 warga sipil termasuk di antara lebih dari 4.000 orang yang tewas dalam konflik di Afghanistan sepanjang tahun ini.            Peningkatan jumlah korban akibat kekerasan yang dilakukan Taliban di Afghanistan telah membuat sejumlah negara berencana melakukan pengurangan atau penarikan pasukan yang tergabung dalam ISAF pimpinan NATO. (*)     

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2009