Pangkalpinang (ANTARA News)- Sebagian warga Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung (Babel), terpaksa beralih ke arang kayu untuk keperluan memasak sehari-hari, karena sulit mendapatkan minyak tanah dan gas elpiji."Saya membeli arang kayu di pasar Rp3.000/kg dan tahan untuk masak seminggu.Harus bagaimana lagi, karena elpiji langka dan minyak tanah susah, harganya pun mahal," ujar Jumiati,ibu rumah tangga di Pangkalpinang, Minggu.Memang,kata dia, agak susah menggunakan arang kayu ketimbang gas dan minyak tanah. Sebab, harus menyediakan dapur khusus untuk memasak pakai arang kayu di belakang rumah untuk menghindari kebakaran dan kepulan asap yang masuk ke ruangan tamu."Sudah dua bulan ini saya menggunakan arang kayu dan ternyata biayanya lebih hemat ketimbang gas dan elpiji.Hanya Rp3.000/kg tahan untuk seminggu, sementara minyak tanah Rp4.500 hingga Rp5.000 per liter dan gas elpiji mencapai harga Rp125.000/ukuran tabung 12 kg,"ujarnya.Romidah,juga melakukan hal serupa,sejak harga minyak tanah dan elpiji mahal dan langka, ia terpaksa menggunakan arang kayu yang lebih mudah mendapatkannya di pasar, harganya pun lebih murah. "Mendapatkan arang kayu di pasar sangat mudah,banyak yang jual. Berapa pun yang saya inginkan, bisa didapati.Bahkan tidak hanya arang kayu, arang batok kelapa juga banyak di pasar dan bisa juga digunakan untuk memasak,"ujarnya. Namun ia memilih arang kayu untuk memasak. Kalau arang batok kelapa, kata dia, biasanya banyak diminati para pedagang bakso dan sate. "Dulu,saya memasak pakai minyak tanah atau gas elpiji.Namun belakangan ini beralih ke arang kayu karena kesulitan mendapatkan gas dan minyak tanah,"ujarnya. Persediaan gas dan minyak tanah, kata dia, praktis menghilang di pasaran dan sudah terjadi dalam beberapa bulan ini.Bahkan dalam dua minggu terakhir, kelangkaan gas dan minyak tanah semakin parah. "Gas elpiji paling susah mendapatkan dibanding minyak tanah. Kalau minyak tanah, masih bisa dibeli sama warga yang mendapat jatah minyak tanah subsidi dari kelurahan, saya tidak punya kupon minyak tanah," ujarnya. Sementara itu, Ayub, penjual arang kayu di pasar tradisional Pangkalpinang, mengatakan, daya beli warga terhadap arang kayu sangat tinggi. "Saya baru empat bulan ini menjual arang kayu dan ternyata penjualan saya lumayan banyak bisa mencapai 50 hingga 75 kg per hari dan stok arang kayu saya 150 kg per hari,"katanya. Arang kayu tersebut, kata dia, dipesan dari penduduk di desa-desa yang ada di daerah itu dan diantar langsung ke warung miliknya. "Kalau proses membuat arang kayu ini, saya tidak tahu karena saya hanya menjual saja yang diantar langsung oleh warga ke warung saya,"ujarnya sembari mengatakan arang kayu dijual seharga Rp3.000/kg dan naik dari harga sebulan lalu Rp2.500/kg.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008