Mungkin panen sehingga melimpah sekarang, jadi harga turun lagi

Tulungagung, Jatim (ANTARA) - Petani tembakau di Tulungagung, Jawa Timur mengeluhkan penurunan harga daun tembakau basah hasil panen, dari sebelumnya sempat di kisaran Rp6.500 per kilogram menjadi Rp4.500 per kilogram.

"Masih belum stabil sih (berfkuktuasi). Tapi turunnya cukup banyak," kata Sukeni, petani tembakau di Desa Gempolan, Kecamatan Pakel, Tulungagung, Sabtu.

Baca juga: Curahan hati petani tembakau, ingin cukai rokok hanya naik 7-11 persen

Ia menduga fluktuasi harga saat ini dipicu panen raya tembakau di beberapa daerah yang hampir serentak.

Kendati dua pekan sebelumnya harga daun tembakau petik panen (basah) sempat tembus di kisaran Rp6.750 per kilogram.

"Mungkin panen sehingga melimpah sekarang, jadi harga turun lagi," katanya.

Namun Sukeni dan sejumlah petani lain berharap tren penurunan harga tembakau kembali ke arah normal.

Menurut Widodo, petani sekaligus pedagang tembakau olahan, harga tembakau masa panen raya saat ini masih di kisaran Rp5.500-Rp6.000 per kilogram.

"Itu harga yang cukup bagus buat petani. Sebab ambang batas harga BEP (break event point) biasanya di kisaran Rp4.500 per kilogram. Itu ongkos produksi semua dan hasil panen nyaris imbang" kata Widodo.

Sukeni memperkirakan total panen tembakaunya mencapai lima ton lebih.

Baca juga: PKB nilai kenaikan cukai rokok timbulkan persoalan industri tembakau

Dengan asumsi harga jual daun tembakau basah Rp5.500 per kilogram dan tingkat rendemen tembakau 18 persen, ia mengaku optimistis masih mendapat total penjualan hasil panen hingga Rp25 juta lebih, surplus sekitar Rp10 juta dibanding keseluruhan ongkos produksi untuk sewa lahan pertanian dan biaya tanam serta perawatan hingga panen sebesar Rp15 juta.

"Tapi saya memilih mengolahnya sendiri hingga menjadi tembakau rajangan kering. Meski nambah biaya (produksi), tapi keuntungannya bisa lebih banyak," katanya.

Baca juga: APTI dorong regulasi petani tembakau di Jatim

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2019