Surabaya (ANTARA News) - Kepada wartawan, terpidana mati Sumiasih sempat menolak untuk menjawab pertanyaan tentang keinginan dan pesan terakhir menjelang eksekusi."Saya masih berharap ada pertolongan Tuhan dan pengampunan dari presiden," katanya kepada wartawan yang menemui di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Wanita Klas II Sukun Malang (3/7).Namun, ibu berusia 59 tahun yang akrab disapa Mbah Sih itu mengaku sangat ingin bertemu dengan anak-anaknya, termasuk Sugeng yang sekarang dipenjara dalam kasus yang sama dengan dirinya.Permintaan terakhir Sumiasih itu menyiratkan sosok keibuan yang manusiawi dan jauh dari kesan sebagai "otak" dalam pembunuhan sadis di Jl Dukuh Kupang Timur 24, Surabaya pada 13 Agustus 1988.Sosok perempuan yang lembut itu selalu ingin tahu kabar anak-anaknya. Dia sering mengontak Sugeng melalui telepon di wartel kompleks Lapas setempat. Dia mengaku lega bila Sugeng sehat. Tim eksekusi tampaknya memenuhi permintaan Sumiasih untuk bertemu anaknya, Sugeng, apalagi Sugeng juga sama. "Sebelum mati saya ingin bertemu dengan ibu saya untuk terakhir kalinya," kata Sugeng di Lapas Klas I Surabaya di Porong, Sidoarjo (12/7). Agaknya, permintaan itu dipenuhi. "Sesuai permintaan mereka, keduanya akan dipertemukan sekitar tiga hari menjelang eksekusi," kata Kepala Kejati Jatim H Purwosudiro SH usai memimpin rapat persiapan di Kejati Jatim (15/7). Janji Kajati Jatim itu terpenuhi saat Sumiasih masuk ke Rumah Tahanan Negara (Rutan) Klas I Surabaya di Medaeng, Sidoarjo, pada Selasa (15/7) sekira pukul 22.17 WIB. Di malam itu, Sumiasih sempat bertemu Sugeng sekira 40 menit, karena Sugeng memang sudah datang terlebih dulu ke rutan itu sekira pukul 21.30 WIB. Sumiasih dipindahkan dari Lapas Wanita Klas II Sukun, Malang, sedangkan Sugeng dipindahkan dari Lapas Klas I Surabaya di Porong, Sidoarjo. Tidak hanya itu, Sumiasih dan Sugeng juga sempat bertemu lagi beberapa saat setelah pertemuan dengan keluarga dari Jombang di Rutan Medaeng pada 16 Juli.Tak dipenuhi Pertemuan Sumiasih - Sugeng dengan keluarga (16/7) adalah permintaan lain Sumiasih-Sugeng yang juga terpenuhi, meski petugas rutan sempat menolak keluarganya, karena belum mengantongi izin dari Kejari Surabaya. Keluarga yang datang antara lain Mbok Genuk (ibu Sumiasih), dua adik perempuan Sumiasih, seorang adik laki-laki Sumiasih, Rusmawati (anak tunggal Sumiasih yang tinggal di Malang), dan rekan-rekan gereja dari Jombang. "Pertemuan bermula di sel Sugeng yang ada di blok D-1, kemudian sebagian dari belasan pembesuk itu menuju ke sel Sumiasih di blok W," kata pengacara Sumiasih-Sugeng, Soetedja Djajasasmita. Dalam pertemuan di sel kedua terpidana berukuran 3x3 meterpersegi itu, katanya, Sumiasih dan Sugeng tampak tegar. "Keluarganya yang justru menangis terharu," katanya. Selang dua hari berikutnya, ayahanda Sumiasih yakni Suwadi (69) juga datang membesuk anaknya pada 18 Juli 2008, bahkan permintaan bertemu rohaniawan juga dipenuhi berkali-kali selama Sumiasih-Sugeng ada di Rutan Medaeng (15-19/7). Bahkan, Sugeng juga sempat kedatangan "tamu istimewa" yakni Peni Rahmawati Sutantri yang konon merupakan "cinta pertama" terpidana mati Sugeng semasa SMP Negeri II Jombang. Anggota Komisi E DPRD Jatim dari Fraksi PDIP Jatim itu datang dengan membawa buah kurma dan air zam-zam ke Rutan Medaeng (17/7). "Kondisi Sugeng baik-baik saja," kata perempuan yang sempat menerima senandung `Camellia` karya Ebiet G Ade dari Sugeng yang saat itu sama-sama remaja. Bahkan, Peni mengaku terharu dengan pertemuan itu, karena Sugeng meminta Peni mengambil kenang-kenangan berupa bunga anthuirum "Gelombang Cinta" yang ditanam di Lapas Porong. Namun, ada pula permintaan Sumiasih-Sugeng yang tak terpenuhi yakni meninggal dunia secara wajar (tidak di-eksekusi), karena surat terakhir kepada presiden tak jelas kabarnya. Satu lagi, permintaan Sumiasih yang sulit terpenuhi yakni dimakamkan berdekatan dengan suaminya, karena itu makam Adi Prayitno (suami Sumiasih) di blok D-841-A di Pemakamam Kristen Kembang Kuning, Surabaya tampak dibiarkan (tak dibongkar) hingga 5-6 jam menjelang eksekusi. Bagi Sumiasih, dua kali pertemuan dengan Sugeng (anaknya) yang juga menjadi terpidana mati agaknya merupakan permintaan yang paling mungkin terpenuhi dan paling penting.(*)

Pewarta: Oleh Edy M Ya`kub
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008