Meskipun pelaku pasar telah menjual saham dan membeli obligasi, pada akhirnya Anda mengatakan, 'Wah, saya masih harus mendapatkan beberapa pengembalian untuk investasi saya...
New York (ANTARA) - Wall Street melonjak pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), setelah pertumbuhan lapangan kerja moderat pada September meringankan serentetan data ekonomi suram pekan ini yang telah menggiring pasar dan memicu kekhawatiran bahwa ekonomi terbesar dunia itu mungkin akan memasuki resesi.
Reli saham teknologi yang dipimpin oleh Apple Inc juga membantu mengangkat indeks-indeks acuan mengakhiri gerakan rollercoaster di pasar minggu ini. Setelah kehilangan sekitar tiga persen pada Selasa (1/10/2019) dan Rabu (2/10/2019), S&P 500 pada Jumat (4/10/2019) mencatat kenaikan terbesar satu hari sejak 16 Agustus, sebagian berkat lonjakan di akhir sesi.
Namun, untuk minggu ketiga berturut-turut Dow dan S&P 500 melemah.
Laporan Departemen Tenaga Kerja menunjukkan penggajian (payrolls) nonpertanian meningkat 136.000 pada bulan lalu dan tingkat pengangguran turun ke level terendah 50-tahun, tetapi gaji sektor manufaktur turun untuk pertama kalinya dalam enam bulan.
"Ini semacam laporan Goldilocks (moderat): tidak cukup kuat untuk memindahkan Federal Reserve dari pemotongan suku bunga pada akhir Oktober, tetapi itu tidak cukup lemah untuk membuat Anda khawatir tentang pasar tenaga kerja atau konsumen," kata Shawn Snyder, kepala tentang strategi investasi di Citi Personal Wealth Management di New York.
Spekulasi bahwa Federal Reserve (Fed) akan memangkas suku bunga telah melonjak minggu ini setelah kontraksi dramatis dalam manufaktur AS, pendinginan perekrutan sektor swasta, dan penurunan aktivitas sektor jasa yang menunjuk pada meluasnya dampak dari perang dagang Amerika Serikat dan China.
Pedagang melihat peluang 77,5 persen bahwa bank sentral akan menurunkan biaya pinjaman pada pertemuan kebijakan akhir bulan ini, naik dari 40 persen pada Senin (30/9/2019). The Fed memangkas suku bunga pada September untuk kedua kalinya tahun ini dan mengatakan pengurangan di masa depan akan "bergantung pada data."
Dengan kekhawatiran terkait perang perdagangan dan pengaruhnya terhadap ekonomi AS membebani sentimen, S&P 500 naik dua persen selama 12 bulan terakhir, dan sekitar dua persen dari rekor penutupan tertinggi pada Juli.
"Meskipun pelaku pasar telah menjual saham dan membeli obligasi, pada akhirnya Anda mengatakan, 'Wah, saya masih harus mendapatkan beberapa pengembalian untuk investasi saya, dan itu akan datang dari saham,'" kata Tom Martin, senior manajer portofolio di GLOBALT Investments.
Saham Apple Inc naik 2,8 persen setelah sebuah laporan mengatakan bahwa perusahaan akan meningkatkan produksi model iPhone 11.
Indeks teknologi informasi S&P terangkat 1,7 persen, sedangkan indeks chip Philadelphia naik 1,9 persen.
Semua 11 indeks sektor utama naik, dipimpin oleh kenaikan 1,9 persen di S&P.
Indeks Dow Jones Industrial Average naik 372,68 poin atau 1,42 persen, menjadi berakhir di 26.573,72 poin. Indeks S&P 500 bertambah 41,38 poin atau 1,42 persen, menjadi ditutup di 2.952,01 poin. Indeks Komposit Nasdaq menguat 110,21 poin atau 1,40 persen, menjadi berakhir di 7.982,47 poin.
Volume transaksi di bursa Amerika ringan di 5,9 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 7,3 miliar untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.
Untuk minggu ini, S&P 500 turun 0,3 persen, Dow kehilangan 0,9 persen dan Nasdaq menambahkan 0,5 persen. Demikian laporan yang dikutip dari Reuters.
Baca juga: Harga emas turun, hentikan kenaikan 3 hari beruntun
Baca juga: Harga minyak "rebound," dipicu penurunan rig dan data tenaga kerja AS
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019