Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 30 pasien keluarga miskin (gakin) yang terusir dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) sejak Rabu (16/7), masih ditampung di Gedung Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta. Dari pantauan ANTARA News, Jumat (18/7) malam, ke-30 pasien itu tidur dengan hanya beralaskan tikar dan mendapatkan pinjaman bantal dari pengelola gedung tersebut.Ke-30 pasien tersebut merupakan pasien rawat jalan yang tidak memiliki sanak saudaranya di Jakarta, hingga terpaksa harus tinggal di ruang IRNA B RSCM.Namun kebijakan rumah sakit itu yang akan membangun ruang tersebut, terpaksa mereka harus meninggalkan tempat itu. "Saya berharap pihak rumah sakit menyediakan ruangan, karena saya tidak mungkin harus pulang balik Depok-Jakarta sedangkan setiap hari harus diperiksa," kata Yuliana (29), warga Cipaeun, Depok, Jawa Barat. Dirinya sejak sebulan lalu, harus menjalani rawat jalan itu, karena dirinya menderita penyakit tumor ganas. "Darimana, saya dapat uang untuk periksa setiap hari. Jalan saja sudah susah, apalagi naik turun angkot," katanya. Yuliana mengaku dalam setiap minggunya harus membeli obat seharga Rp300 ribu. Hal senada dikatakan oleh Acih (50), warga Leuwiliang, Bogor, yang sejak dua bulan harus pulang pergi Bogor-Jakarta untuk memeriksa dirinya yang terkena kanker payudara. "Sejak dua bulan lalu, saya harus mengecek penyakit kanker. Setiap dua minggu sekali pulang-pergi Bogor-Jakarta," katanya. Dirinya tidak memiliki saudara di Jakarta, hingga ketimbang harus pulang pergi itu, dirinya lebih memilih tinggal di RSCM. "Saya mengerti kalau ruangan itu akan dibangun, tapi harus dicarikan juga tempat gantinya. Tidak mungkin harus pulang Bogor-Jakarta, uang tidak punya," katanya. Melia (20), warga Tulang Bawang, Lampung, mengaku sudah tinggal di RSCM sejak Januari 2008 untuk melakukan pengobatan atau operasi di bagian wajahnya. "Keluarga saya jauh di Lampung, sempat bingung waktu disuruh pergi dari RSCM," katanya. Ketiga pasien itu, saat ini berharap agar pemerintah dapat memperhatikan nasibnya itu dengan mencarikan jalan ke luar.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008