Tangerang (ANTARA News) - Kematian Pungkas Tri Baruno sudah merupakan takdir karena sebelum mendaki Gunung Mc Kinley di Alaska, Amerika Serikat tidak ada tanda-tanda yang mencurigakan, artinya dia sehat lahir batin dan siap menjalakan misi menancapkan dua bendera merah putih dan tunas kelapa, kata Menpora Adyaksa Dault, Jumat.Menpora mengatakan, masalah tersebut di terminal Haji Bandara Internasional Soekarno-Hatta ketika menyambut jenazah Pungkas Tri Baruno yang tewas dalam pendakian puncak Gunung Mc Kinley, 7 Juli 2008 lalu.Dia mengatakan, dari laporan kerabat korban satu tim seperti I.G Bayu Tresna, Zulva Ahyar, Hartman Nugraha bahwa sebelum dan ketika mendaki kondisi fisik korban segar bugar. Meski laporan medis tentang kematian akan diterima dari petugas kesehatan di Alaska enam hari lagi, namun dirinya yakin penyebab tewasnya Pungkas adalah takdir yang tidak dapat dielak lagi karena sudah merupakan kuasa Allah. Bahkan, Menpora tidak mencurigai adanya indikasi lain penyebab tewasnya Pungkas, tapi hanya murni kehendak Allah, termasuk adanya laporan orang tua korban Mumpangkat bahwa tidak adanya penyakit yang diderita anaknya. Demikian pula, dari laporan rekannya, bahwa sebelum ajal menjemput, hanya merasa pusing kepala biasa dan jatuh hingga tidak sadarkan diri, dan saat dibangunkan sudah tidak bernyawa. Mayat Pungkas Tri Baruno mahasiswa Universitas Mercu Buana, Jakarta tiba di terminal haji Bandara Internasional Soekarno-Hatta Kota Tangerang. Mayat korban tiba di Bandara terbesar di Indonesia itu pukul 14.28 WB setelah melalui penerbangan menggunakan pesawat China Airlines nomor penerbangan CI-677 dari San Fransisco melalui Taipei, China. Isak tangis keluarga mewarnai kedatangan peti jenazah mahasiswa jurusan Desain Interior yang berwarna coklat dan langsung dibawa ambulan ke TPU Asem Larangan, Tangerang. Sedangkan Tri Baruno merupakan anggota rombongan Kwartir Nasional (Kwarnas) Pramuka yang mencoba mendaki Gunung McKinley, keberangkatan mereka ke Alaska pada 13 Juni 2008 adalah bagian dari ekspedisi Pramuka Indonesia. Namun, ekspedisi pendakian dengan ketinggian mencapai 6.194 m dari permukaan laut itu dilakukan untuk menyambut 100 tahun kepanduan dunia serta 100 tahun kebangkitan nasional. Keberangkatan tim tersebut mendapat dukungan penuh dari aparat Kantor Menko Kesra, Kementerian Pemuda dan Olahraga, Departemen Pendidikan Nasional, dan Kwarnas Pramuka.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008
Anda itu jadi menteri untuk bicara soal konsep dan sistem. Kalau ada kejadian seperti itu harusnya diselidiki apa yang terjadi, jangan sampai terulang lagi. Baru setelah itu boleh bicara takdir.
Payah! Nyawa anak bangsa tidaklah murah!