Jakarta (ANTARA) - Polusi udara dapat menyebabkan gangguan pada saluran pernapasan, salah satunya adalah pilek alergi atau rhinitis alergi.

Polusi udara tidak hanya terdapat di luar ruangan, tapi juga bisa ada di dalam ruangan seperti di dalam pabrik, kantor, atau bahkan di rumah.

Dokter Kevin Adrian dari Alodokter dalam keterangan resmi, Jumat, menjelaskan zat penyebab polusi di udara adalah karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), nitrogen dioksida (NO2), sulfur dioksida (SO2), formaldehida, phthalate, dan partikel polusi (PM).

"Beragam jenis zat inilah yang dapat memicu munculnya pilek alergi pada sebagian orang," kata dia.

Di dalam ruangan, polusi udara berasal dari gas beracun, senyawa organik yang mudah menguap (VOC), tungau, bulu hewan peliharaan, jamur, bakteri, dan virus.

Polutan tersebut umumnya dihasilkan dari emisi kendaraan, bahan bangunan, perabotan rumah tangga, pengharum ruangan, memasak, merokok, atau saat seseorang batuk dan bersin di dalam ruangan.

Berdasarkan penelitian, penyebab polusi udara bisa mencapai lima kali lebih banyak saat berada di dalam ruangan dibandingkan di luar ruangan.

Hal ini terjadi karena kurangnya ventilasi untuk memastikan sirkulasi udara, meningkatnya material sintetis sebagai bahan bangunan dan furnitur, serta penggunaan produk pembersih rumah.

Bahkan, penelitian yang sama menyatakan bahwa orang yang sering mengalami alergi lebih banyak menghabiskan waktu di dalam ruangan.

Baca juga: Peneliti ungkap polusi udara picu risiko bunuh diri pada anak

Baca juga: Polusi udara berhubungan dengan masalah kesehatan mental

Polusi terhadap pilek alergi

Pilek alergi atau rhinitis alergi berbeda dengan pilek karena infeksi. Rhinitis alergi adalah peradangan pada bagian dalam hidung yang disebabkan oleh alergen, yaitu zat pemicu alergi, seperti debu dan partikel polusi. Sedangkan pilek karena infeksi disebabkan oleh virus dan bakteri.

Ketika terpapar alergen yang berasal dari polusi udara, sistem kekebalan tubuh bereaksi karena menganggap alergen sebagai benda berbahaya.

Hasilnya, tubuh memproduksi sejumlah zat kimia yang membuat selaput lendir hidung membengkak dan produksi lendir di hidung meningkat.

Meski berbeda, rhinitis alergi memiliki beberapa gejala yang mirip dengan pilek infeksi, yaitu bersin, hidung berair, gatal, dan tersumbat.

Gejala-gejala tersebut biasanya muncul tidak lama setelah terpapar alergen. Untuk mengobati pilek alergi, Anda perlu menghindari faktor pemicu munculnya reaksi alergi. Selain itu, Anda juga bisa mengonsumsi obat-obatan, terutama jika keluhan yang dirasakan sangat mengganggu.

Apabila tidak diobati, rhinitis alergi dapat menyebabkan tiga hal berikut:

Baca juga: Menjaga tubuh tetap sehat di tengah polusi udara

Baca juga: Alasan masker KN95 ampuh tangkal polusi Jakarta

Sinusitis
Rongga sinus di sekitar hidung secara alami menghasilkan lendir. Namun ketika tersumbat atau meradang karena rhinitis alergi, lendir tidak dapat mengalir keluar sehingga mudah terjadi infeksi dan peradangan pada sinus, yang disebut sinusitis. Sinusitis bisa menyebabkan kesulitan bernapas, penurunan ketajaman indra penciuman, mendengkur saat tidur, atau bahkan apnea tidur.

Otitis media
Otitis media adalah peradangan pada telinga bagian tengah. Kondisi ini terjadi ketika rhinitis menyebabkan peradangan dan pembengkakan pada saluran eustachius yang menghubungkan hidung dan telinga. Jika saluran ini tersumbat akibat pembengkakan, cairan dapat menumpuk di telinga bagian tengah dan di belakang gendang telinga, sehingga mudah terjadi infeksi dan peradangan. Otitis media bisa mengakibatkan gangguan pendengaran.

Polip hidung
Polip hidung adalah benjolan yang tumbuh di lapisan di dalam hidung atau sinus. Jika ukurannya cukup besar atau jumlahnya banyak, polip hidung dapat menghalangi pernapasan dan menurunkan ketajaman penciuman. Polip berukuran besar biasanya perlu ditangani dengan operasi.

Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (EPA) menyebutkan bahwa polusi udara merupakan salah satu penyebab utama munculnya gangguan kesehatan, khususnya pada pernapasan. Efek polusi udara terhadap kesehatan dapat diperparah oleh kondisi ruangan yang sempit, lembap, dan ventilasi yang tidak memadai.

Hal inilah yang memicu rhinitis alergi. Selain itu, studi menunjukkan bahwa anak yang tinggal dekat dengan polusi atau sering terpapar debu dan tungau, lebih berisiko mengalami alergi ketika dewasa. Pemicu alergi pada setiap orang memang berbeda-beda, namun yang paling sering menyebabkan pilek alergi adalah polusi udara.

Untuk mencegah pilek alergi, bersihkan rumah secara rutin dan pastikan sirkulasi udaranya baik, agar kualitas udara di dalam rumah tertap terjaga.

Baca juga: Polusi udara membuat paru-paru menua lebih dini

Baca juga: Diet jauhkan penyakit paru-paru kronik

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019