Padang (ANTARA News) - Pasar modal Indonesia diperkirakan masih akan mengalami tekanan dalam beberapa bulan ke depan, menyusul memburuknya ekonomi secara global yang tercermin dari turunnya indeks perdagangan saham di bursa regional. "Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan sulit berkembang, kalaupun kembali ke level sekitar 2.745 poin seperti akhir 2007 sudah cukup bagus," kata Dirut PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Erry Firmansyah, usai workshop wartawan pasar modal "Peran Media di Pasar Modal," di Padang, Jumat. Menurut Erry, perdagangan saham di BEI masih akan dipengaruhi anjloknya indeks di sejumlah bursa saham regional, seperti bursa saham China merosot 50 persen, India 40 persen, dan Hongkong 23 persen. Pada penutupan perdagangan saham di BEI (Kamis, 17/7), IHSG tercatat pada 2.167,713 poin atau turun 2,27 persen dari perdagangan sehari sebelumnya. Indeks tersebut merupakan terendah selama tahun 2008, Sebelumnya sejumlah analis mempekirakan IHSG 2008 bakal mencapai kisaran 3.000-3.200 poin. Namun target tersebut terkubur, seiring dengan pengaruh krisis "subprime mortagage" di AS dan kenaikan harga minyak internasional. Situasi ini mempengaruhi indikator ekonomi makro Indonesia yang cenderung kurang bagus menjadi faktor negatif terhadap perkembangan perdagangan saham. Meski begitu, faktor fundamental sejumlah perusahaan, terutama sektor perkebunan, otomotif dan perbankan masih cukup bagus untuk menopang kenaikan indeks harga saham. Laporan kinerja keuangan sebagian besar perusahaan tahun buku 2007 menunjukkan laba yang lebih tinggi dibanding pencapaian tahun sebelumnya juga dapat mendorong sentimen positif investor di pasar modal. Erry juga mengatakan, peluang membaiknya pasar saham di dalam negeri masih terbuka, seiring besarnya jumlah perusahaan yang akan mencatatkan sahamnya (IPO) di BEI. BEI menargetkan 2008 sebanyak 30 emiten baru akan masuk pasar modal, sementara hingga Juni telah mencapai 16 perusahaan. "Enam perusahaan yang saat ini dalam proses persiapan IPO. Tiga di antaranya adalah perusahaan BUMN, yaitu PT Krakatau Steel, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VII, dan Bank Tabungan Negara," katanya. Pasar akan cenderung positif terhadap langkah "go public" sejumlah perusahaan milik pemerintah. Selain itu saat ini sedang terjadi pengalihan dana obligasi dan perbankan ke saham, sehingga diperkirakan akan mendorong maraknya perdagangan saham di lantai bursa. Hingga 14 Juni 2008, kapitalisasi pasar di BEI mencapai sekitar Rp1.729 triliun, dengan rata-rata transaksi per hari mencapai sekitar Rp5,5 triliun. Sementara hingga akhir 2007 kapitalisasi pasar di BEI mencapai Rp1.968 triliun. (*)
Copyright © ANTARA 2008