Jakarta (ANTARA News)- Kurs rupiah di pasar spot antar bank Jakarta, Jumat pagi, melemah 10 poin menjadi Rp9.145/9.155 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.135/9.137, menyusul aksi lepas rupiah para pelaku pasar. Aksi lepas rupiah lebih besar dibanding hari sebelumnya sehingga mata uang Indonesia terkoreksi mencapai angka 10 poin, kata Analis Valas PT Bank Himpunan Saudara Tbk, Rully Nova, di Jakarta, Jumat. Dikatakannya, rupiah kembali terpuruk, karena pelaku pasar masih menilai posisi rupiah sudah cukup tinggi dan ini merupakan peluang untuk mencari untung (profit-taking). Kondisi ini juga ditekan oleh menguatnya harga minyak mentah dunia yang sebelumnya merosot tajam dan kembali menguat hingga di posisi 136 dolar AS per barel, katanya. Menurut dia, gejolak ekonomi global yang berlanjut ini mengakibatkan pelaku pasar hati-hati membeli rupiah, meski investor asing masih aktif bermain di obligasi pemerintah. Apalagi perbankan yang semula aktif mencari dana murah melalui valas dengan menerbitkan obligasi cenderung menahan diri, karena gejolak pasar yang tak menentu, katanya. Namun rupiah diperkirakan masih berpeluang untuk menguat, apabila gejolak ekonomi global mereda, karena pertumbuhan ekonomi pada triwulan pertama 2008 mampu mencapai angka 6,2 persen. Hal ini juga diperkuat oleh Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) yang menyatakan, optimis ekonomi Indonesia tumbuh sesuai dengan target yang ditetapkan, katanya. Rupiah diperkirakan akan kembali menguat dan mencapai angka Rp9.100 per dolar AS, apabila kondisi pasar eksternal yang menekan mulai reda dan investor asing juga berminat untuk meningkatkan investasinya di dalam negeri seperti investor Australia dan kawasan Timur Tengah. Sementara itu dolar AS di pasar regional naik 0,1 persen menjadi 106,42 yen dan terhadap euro menjadi 1,5837. (*)

Copyright © ANTARA 2008