New York, (ANTARA News) - Dolar AS melemah lagi terhadap euro Kamis waktu setempat atau Jumat pagi WIB, setelah data AS memperkuat kembali kekhawatiran tentang melemahnya pertumbuhan di ekonomi terbesar dunia itu yang mengirimkan harga minyak turun tajam untuk kali ketiga hari. Euro berada pada 1,5850 dolar sekitar 2100 GMT, naik dari 1,5821 dolar pada akhir perdagangan Rabu. Sementara terhadap mata uang Jepang, dolar menguat menjadi 106,37 yen dari 105,12 yen pada Rabu. Dolar berbalik melemah terhadap euro menyusul publikasi indeks aktivitas industri di AS, wilayah tengah Atlantik yang membaik namun lebih rendah dari perkiraan para analis. Sementara departemen tenaga kerja melaporkan untuk pertama kalinya jumlah klaim asuransi pengangguran di AS dalam pekan yang berakhir 12 Juli naik 18.000 menjadi 366.000. Dalam pekan sebelumnya, jumlah klaim telah turun tajam 56.000. Kedua laporan tersebut menekan turun kemampun dolar untuk mendapatkan dukungan di tengah sebuah kejutan "rebound" perumahan 9,1 persen dan berita kinerja JP Morgan Chase yang lebih baik dari perkiraan. Bank investasi Wall Street mengatakan laba bersihnya pada kuartal kedua terpukul penurunan nilai aset yang lebih banyak terkait masalah kredit dan real estat dan pengambilalihan Bear Stearns, namun hasilnya masih di atas perkiraan para analis. Raksasa perbankan AS itu melaporkan laba bersihnya turun 53 persen dari setahun lalu menjadi 2,0 miliar dolar AS. Laba bersih per sahamnya 54 sen, di atas perkiraan Wall Street 44 sen dan menyediakan berita positif untuk sektir perbankan yang diporak-porandakan oleh krisis perumahan dan kebekuan kredit. Sementara euro mendapat tawaran baik setelah ada komentar dari anggota dewan gubernur Bank Sentral Eropa (ECB) Nout Wellink. Wellink kepada majalah Elsevier mengatakan pelambatan ekonomi zona euro tidak akan mengurangi inflasi, menambahkan bahwa pengalaman pada tahun 1970-an menunjukkan bahwa jika tidak mengambil tindakan dorongan inflasi dapat berlanjut untuk jangka panjang. "Itu sebuah kekeliruan untuk berpikir bahwa inflasi akan turun jika ekonomi melemah... Kami telah melihat itu juga pada 1970-an," kata dia. Ditambah lagi, sebuah laporan di Financial Times, beberapa "sovereign wealth funds" (SWF) terbesar dunia kelkuar dari aset-aser berdenominasi dolar yang juga mendukung mata uang tunggal Eropa. FT mengatakan satu fund terkemuka di Teluk telah mengurangi denominasi dolar yang dipegangnya dari 80 persen menjadi kurang dari 60 persen dalam setahun terakhir. Dalam perdagangan terakhir di New York, dolar naik tipis menjadi 1,0197 franc Swiss dari 1,0176 franc pada Rabu. Pound berada pada 2,0014 dolar, naik dari 1,9986 dolar. (*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008