Ini cukup membantu karena bisa memandu saat jarak pandang hingga 900 meter

Padang, (ANTARA) - Di tengah pekatnya kabut asap akibat kebakaran lahan dan hutan, pesawat Boeing 737-800 varian business jet 2 mendarat dengan mulus di Bandara Sultan Syarif Kasim II di Kota Pekanbaru pada Senin 16 September 2019.

Pesawat berwarna biru muda pada bagian atasnya berpadu corak putih di badan bawah tersebut mengangkut orang nomor satu di Tanah Air yaitu Presiden Joko Widodo dan rombongan yang datang ke bumi Lancang Kuning untuk meninjau penanganan kebakaran lahan dan hutan (karhutla) di daerah itu.

Kendati panjang landasan bandara hanya 2.600 meter dengan jarak pandang yang terbatas pesawat kepresidenan mampu mendarat dengan baik dipandu oleh petugas Air Traffic Control (ATC) serta dikemudikan oleh pilot berpengalaman.

Dampak dari karhutla yang terjadi di Riau, Sumatera Selatan, dan sekitarnya, tidak hanya membuat kesehatan masyarakat terganggu. Asap dari karhutla tersebut menyebabkan terbatasnya jarak pandang yang mengganggu dunia penerbangan sehingga pesawat kesulitan mendarat.

Akibatnya tidak sedikit penerbangan yang terpaksa ditunda, dialihkan hingga dibatalkan dengan alasan keselamatan. Sebab jika jarak pandang berada di bawah batas minimum, maka akan berisiko tinggi jika tetap terbang atau mendarat.

Tidak hanya didarati penerbangan komersial, saat karhutla mendera, bandara memiliki peran strategis sebagai tempat lepas landas dan mendarat armada yang bertugas memadamkan api.

Di balik semua itu Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan atau Air Nav memiliki peran vital dalam memandu navigasi udara bagi pesawat.

Bersinergi dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) keberadaan Air Nav menjadi strategis dalam kondisi penting dan genting memandu lalu lintas si burung besi di udara.

Air Nav Indonesia mengelola dan melayani navigasi penerbangan di seluruh wilayah Indonesia yang terbagi menjadi dua wilayah Flight Information Region (FIR) yaitu FIR Jakarta dan FIR Ujung Pandang.

Total Luas FIR mencapai 5.193.252 kilometer persegi dengan luas wilayah mencapai 4.110.752 kilometer persegi dan jumlah lalu lintas penerbangan hingga 10.000 pergerakan per hari.

Wilayah operasi Air Nav Indonesia berbatasan langsung dengan FIR Melbourne dan Brisbane Australia, FIR Colombo Srilanka, FIR Singapura, FIR Kuala Lumpur dan Kinabalu Malaysia, FIR Manila Filipina, FIR Oakland Amerika Serikat, FIR Port Moresby Papua Nugini dan FIR Chennai India.

Tidak hanya di Riau, Sumatera Selatan, dan Jambi, karhutla yang terjadi juga berimbas ke Sumatera Barat karena mendapatkan asap kiriman sehingga daerah Ranah Minang juga diselimuti kabut asap.

Akibatnya pada 23 September 2019 dua penerbangan dialihkan pendaratannya ke Bandara Internasional Minangkabau di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, karena pekatnya kabut asap sehingga pesawat tidak dapat mendarat di bandara tujuan.

"Dua penerbangan yang dialihkan yaitu Garuda Indonesia tujuan Jakarta-Sibolga dan Lion Air tujuan Medan-Pekanbaru," kata Humas PT Angkasa Pura II Bandara Internasional Minangkabau Fendrick Sondra.

Menurut dia untuk Garuda tujuan Sibolga pada awalnya akan mendarat di Bandara Ferdinand Lumban Tobing, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Namun karena jarak pandang terbatas akhirnya dialihkan ke Bandara Minangkabau pada Minggu sore (22/9).

Sedangkan untuk Lion Air rute Medan-Pekanbaru terpaksa harus dialihkan pendaratan di Bandara Minangkabau pada Senin pukul 13.00 WIB karena terbatasnya jarak pandang di Pekanbaru.

Petugas tengah memberikan pelayanan navigasi penerbangan dari atas Aerodrome Control Tower (ACT) Bandara Minangkabau (Antara Foto/ Ganet)

General Manajer Air Nav Cabang Padang Wisnu Hadi Prabowo menyampaikan kabut asap yang menyelimuti daerah itu belum mengganggu operasional penerbangan di Bandara Intenasional Minangkabau.

"Di Bandara Minangkabau kondisinya masih aman karena jarak pandang masih bisa didarati pesawat dan belum mencapai batas minimal," kata dia.

Menurut dia batas minimal jarak pandang untuk pendaratan pesawat sekitar 900 meter dan jika di bawah itu pihaknya akan menerbitkan Notice to Airmen (Notam) atau surat pemberitahuan kepada maskapai bahwa jarak pandang di bawah minimal.

Jika Notam sudah diterbitkan, maka keputusan sepenuhnya diserahkan kepada pilot apakah akan menunda penerbangan, tetap melanjutkan, kembali ke bandara asal atau mengalihkan pendaratan di bandara lain, ujarnya. Air Nav hanya menyampaikan saja keputusan sepenuhnya pada pilot dan data soal cuaca dikirim oleh BMKG.

Ia menyampaikan berdasarkan pengalaman jarak pandang paling minimal biasanya terjadi pada pagi hari yang pernah mencapai empat kilometer dan semakin siang akan membaik.


Sistem Pendaratan

Untuk membantu proses pendaratan pesawat di Bandara Minangkabau juga sudah dilengkapi alat bantu navigasi yang bernama Instrumen Landing System (ILS) atau instrumen sistem pendaratan untuk memandu pesawat.

ILS merupakan sistem yang membantu pilot dalam fase pendekatan sampai mendarat di landasan yang perangkatnya terpasang di bandara dan juga di pesawat.

Dalam bekerja ILS memanfaatkan gelombang radio, termasuk dalam kelompok radio sistem navigation berfungsi untuk melihat landasan saat mendarat ketika jarak pandang terbatas.

Wisnu menjelaskan ILS terdiri atas dua alat yaitu localizer dan marker beacon yang mampu memandu pesawat bisa mendarat di titik ujung landasan dengan sudut pendaratan yang tepat.

"Ini cukup membantu karena bisa memandu saat jarak pandang hingga 900 meter," kata dia.

Pemanduan dilakukan agar pilot mengetahui jarak pesawat terhadap area pendaratan serta mengatur posisi kanan dan kiri sehingga bisa mendarat dengan tepat di tengah landasan.

Perangkat ILS yang terpasang di bandara akan memancarkan sinyal radio, yang kemudian ditangkap oleh perangkat ILS di pesawat.

Selain itu saat untuk memandu pendaratan saat jarak pandang terbatas, pihaknya juga menghidupkan lampu landasan untuk membantu pilot kendati siang hari.

Terkait adanya kabut asap, ia menambahkan Air Nav memastikan penyelenggaraan navigasi udara tetap berjalan aman lewat koordinasi dengan BMKG dan Angkasa Pura.

"Kantor pusat sudah mengeluarkan surat edaran tentang keselamatan agar dalam bertugas memandu navigasi penerbangan lebih berhati-hari," kata dia. Bahkan pihaknya juga siap membantu penerbangan untuk membuat hujan buatan.

Mengingat Padang merupakan salah satu daerah yang rawan gempa, pihaknya juga sudah memiliki standar operasional prosedur jika terjadi gempa. Jadi sudah ada SOP termasuk untuk petugas menara jika ada gempa kemana harus evakuasi. "Kami juga melakukan simulasi secara rutin," kata dia.

"Bahkan kami juga sudah punya peralatan portabel sehingga tetap bisa melakukan pelayanan pemandu lalu lintas udara," lanjutnya.

Ia menyampaikan dalam keadaan darurat petugas ATC dituntun untuk memprioritaskan keselamatan, sembari tetap memberikan pelayanan kepada pilot.

Petugas ATC Bandara Internasional Minangkabau memandu navigasi penerbangan . (Antara/Ikhwan Wahyudi)

Sementara Station Manajer Servis Garuda Indonesia Bandara Internasional Minangkabau Ruli Mutarbi menyampaikan terkait kabut asap yang menyelimuti Sumbar hingga saat ini belum mengganggu operasional penerbangan.

"Kalau Padang cuacanya masih bagus rata-rata lima kilometer, sedangkan yang dilarang di bawah satu kilometer," ujarnya.

Ia menjelaskan sebelum berangkat pilot akan diberikan gambaran kondisi cuaca di bandara tujuan.

"Jika kondisi cuaca buruk, pilot berhak memutuskan akan menunda keberangkatan atau tetap terbang dengan membuat bandara alternatif untuk mendarat jika bandara tujuan tidak bisa didarati," kata dia.

Akan tetapi semua data terkait cuaca akan dipasok terlebih dahulu untuk kemudian menjadi pertimbangan dalam menyusun rencana penerbangan.

Pilot biasanya juga akan berkoordinasi dengan Air Nav dan Angkasa Pura untuk memastikan keselamatan penerbangan, kata dia.

Baca juga: Navigasi penerbangan dalam merawat tradisi dan menyongsong disrupsi

Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019