Lebak (ANTARA News) - Pengguna alat kontrasepsi kondom di Kabupaten Lebak, kurang diminati peserta akseptor keluarga berencana (KB) karena alasannya selain tidak menikmati hubungan intim bersama isteri juga rawan terjadi kebocoran."Selama ini penggunaan kondom masih rendah," kata Pengawas Keluarga Berencana, Kecamatan Cijaku, Kabupaten Lebak, H Ahim Santana, Kamis.Ia mengatakan, dari 5.007 akseptor keluarga berencana di Kecamatan Cijaku pada pasangan usia subur (PUS) yang menggunakan kondom hanya 19 pasangan. Artinya, penggunaan kondom itu kurang diminati bagi pasangan suami isteri.Sebagian besar, kata dia, peserta akseptor keluarga berencana masih didominasi Pil, Suntik, dan Inplan.Sedangkan peserta akseptor medis operatif wanita (MOW) dan medis operatif pria (MOP) juga masih rendah."Tahun ini pasangan usia subur yang menjalani MOW sebanyak 46 dan MOP mencapai 42 dari 5007 pasangan suami isteri," katanya.Oleh karena itu, pihaknya terus melakukan penyuluhan dan sosialisasi bersama lintas sektoral termasuk kader posyandu agar terhindari ledakan pertumbuhan penduduk. Saat ini, ujar dia, selama enam bulan terakhir pertumbuhan penduduk di Kecamatan Cijaku mencapai 200 anak. Salah seorang peserta KB, Ny Ela (30), warga Desa. Warunguyum, Kecamatan Cijaku, Kabupaten Pandeglang, yang memiliki empat anak antusias, menyatakan, pihaknya hingga tidak menggunakan kembali kontrasepsi kondom karena sering terjadi kebocoran. "Saya kapok menggunakan kondom karena sering bocor akhirnya lahir anak ke empat itu, "katanya. Kepala Bidang Keluarga Berencana, Dinas KB dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Lebak, Tadjudin, mengatakan, kesadaran masyarakat untuk mengikuti program KB sudah tinggi, namun hanya beberapa alat kontrasepsi yang kurang dimintai. "Saya berharap Pasangan Usia Subur (PUS) mau menggunakan MOW, MOP dan kondom, untuk menekan tingkat kelahiran anak sehingga bisa meminimalisasi angka kematian ibu dan anak serta kesejahteraan masyarakat dapat tercapai," ujar Tadjudin.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008