PLTS ini kan bisa digunakan untuk meningkatkan akses di daerah-daerah yang belum mendapatkan listrik. Kami harap sinergi ini berjalan dengan lancar dan tanpa hambatan

Jakarta (ANTARA) - Tiga badan usaha milik negara (BUMN) yakni PT PLN (Persero), PT Len Industri (Persero) dan PT Pertamina (Persero) bersinergi untuk membentuk perusahaan patungan dalam pembangunan dan pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

Sinergi tiga BUMN itu tertuang dalam penandatanganan Head of Agreement (HoA) yang disaksikan Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media (PISM) Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno di Jakarta, Kamis.

Harry dalam keterangan di Jakarta, Kamis, mengatakan Kementerian BUMN menyambut baik sinergi tiga BUMN terhadap pengembangan energi baru terbarukan, khususnya PLTS.

Dia berharap pembangunan PLTS tidak hanya dilakukan saat ini, namun juga bisa dikembangkan di daerah-daerah yang belum mendapatkan akses listrik.

"PLTS ini kan bisa digunakan untuk meningkatkan akses di daerah-daerah yang belum mendapatkan listrik. Kami harap sinergi ini berjalan dengan lancar dan tanpa hambatan," katanya.

Baca juga: Pengembangan PLTS masih minim terganjal regulasi
​​​​​​
Direktur Utama PT Len Industri Zakky Gamal Yasin menerangkan ketiga perusahaan akan melakukan pembentukan suatu perusahaan patungan untuk melakukan pengelolaan proyek PLTS di lingkungan perusahaan BUMN dan lainnya.

Kerja sama itu juga untuk mendukung program pemerintah mencapai target nauran energi tahun 2025 sebesar 6,5 GWp (Gigawatt peak).

"Di lingkungan kita sendiri seandainya semua BUMN memanfaatkan PLTS potensinya bisa di kisaran 1,4 GWp. Pemanfaatannya bisa diterapkan di jalan tol, bandara, SPBU, stasiun kereta, pertambangan, pabrik, kantor, perkebunan, pelabuhan, serta gudang-gudang," kata Zakky.

Energi surya menjadi sumber energi melimpah di negeri khatulistiwa, Indonesia. Berdasarkan data Kementerian ESDM, Indonesia memiliki potensi energi matahari hingga 207,8 Gigawatt (GW). Sedangkan, pemanfaatan energi surya secara nasional melalui PLTS baru sebesar 94,42 MW sampai dengan 2018.

Dengan demikian, pemanfaatan energi surya di Indonesia baru sebesar 0,044 persen atau 0,017 persen dari potensi yang dimiliki. Hal itu berbeda jauh dengan China yang menempati peringkat pertama negara terbesar yang memiliki kapasitas mencapai 45 GW, disusul Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat.

Dalam Kebijakan Energi Nasional yang tertuang dalam Perpres No. 79 Tahun 2014 disebutkan bahwa target bauran EBT sebesar 23 persen (49,2 GW) pada 2025 di mana energi surya memberikan kontribusi sebesar 6,5 GW.

Oleh karena itu, diperlukan strategi percepatan pembangunan dan pemanfaatan PLTS di Indonesia.

"Sinergi BUMN menjadi kunci merealisasikan komitmen tersebut sehingga dapat memberikan banyak manfaat. BUMN akan menjadi 'role model' bagi implementasi 'green energy' di Indonesia dan membantu pemerintah mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca. Selain itu juga akan membangun citra BUMN Hijau di tengah-tengah masyarakat. Bahkan lebih luas lagi dapat memudahkan akses pendanaan investasi hijau, serta 'residual value' dalam bentuk listrik setelah BEP," kata Zakky.

Baca juga: Menteri ESDM tinjau tiga PLTS di Lombok

Baca juga: PLTS siap alirkan listrik di delapan kepulauan wilayah Madura

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019