Jakarta, 17/7 (ANTARA) - Tim Antarmuka dari Institut Teknologi Bandung akhirnya mampu bersaing melawan tim lainnya dari Mesir, India, Colombia dan Afrika Selatan untuk memenangkan penghargaan The Rural Innovation Achievement Award, salah satu kategori yang dilombakan pada kompetisi tingkat international Imagine Cup di Paris, Perancis tanggal 8 July 2008 lalu atas solusi inovasi mereka, Butterfly. Penghargaan yang disponsori oleh Microsoft Unlimited Potential Group dipersembahkan bagi kelompok mahasiswa yang mampu merancang solusi piranti lunak untuk memberikan kontribusi bagi kesinambungan lingkungan hidup. Solusi tersebut juga dimaksudkan agar dapat mempromosikan dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat dengan keterbatasan infrastruktur di negara-negara berkembang serta bagaimana mendukung mereka guna mendapatkan bantuan kebutuhan dasar. Inovasi Butterfly ini dinilai atas aksesibilitasnya, di mana masyarakat dapat melaporkan atau berbagi informasi mengenai kerusakan lingkungan secara tepat waktu. Mengingat negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang tersebar dan lokasi masyarakat di daerah rural biasanya jauh dan di luar jangkauan infrastruktur tertentu. Keadaan ini tentu saja akan memperlambat sistem pelaporan kepada badan lingkungan hidup setempat. Indonesia adalah satu-satunya wakil dari wilayah Asia Pasifik dalam kategori ini. Tim Antarmuka beranggotakan tiga mahasiswa Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB dan seorang mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB. Mereka adalah Arief Widhiyasa, Ella Madanella, Dimas Yusuf Danurwenda, dan Erga Ghaniya. Mereka didampingi Dwi Hendratmo Widyantoro, dosen STEI ITB. Menurut Ella Madanella, salah satu anggota tim Antarmuka, aplikasi Butterfly bukan sembarang dibuat. Ia bersama tim dan mentor mereka, Dr. Dwi H. Widyantoro sempat melakukan konsultasi dengan pihak Kementerian Lingkungan Hidup dan WALHI Jawa Barat untuk meminta pendapat mengenai aplikasi yang akan dibuat. Untunglah dari hasil wawancara tersebut, disimpulkan bahwa sistem ini dapat membantu sistem pelaporan masalah lingkungan yang ada di Indonesia, terutama di daerah terpencil, karena minimnya sarana komunikasi yang ada. Antarmuka juga mendapatkan inspirasi dari sistem 911 yang merupakan sistem pelaporan dengan menggunakan single contact number. Perbedaannya, 911 menerima laporan melalui telepon dan diterima oleh operator, sementara Butterfly memungkinkan pengguna system untuk segera melaporkan problema kerusakan lingkungan melalui telepon, SMS, MMS atau alternatif aplikasi mobile atau web. Setelah melaporkan, Butterfly kemudian akan mengklasifikasi permasalahan atau problema sesuai kategori prioritas dan lokasi. Setelah proses tersebut Butterfly meneruskan laporan kepada badan atau pejabat setempat yang bertanggung jawab. Microsoft Indonesia berkomitmen tinggi tidak hanya dalam meningkatkan kualitas pendidikan, namun juga tumbuh dan berkembangnya inovasi di Indonesia. "Ajang seperti Imagine Cup ini sangat baik, terutama dalam merangsang kreativitas kami sebagai generasi muda. Dengan ajang pertandingan seperti ini, mahasiswa akan lebih terpacu untuk membuat inovasi dalam bentuk karya, yang pada akhirnya dapat berguna bagi masyarakat atau pihak yang dapat menggunakannya," ujar Ella lagi. Sedangkan Zeddy Iskandar, Academic Developer Advisor PT Microsoft Indonesia mengatakan bahwa Microsoft tidak akan berhenti untuk mempromosikan inovasi kaum muda. "Melalui program tahunan Imagine Cup, kami berharap dapat menstimulasi daya inovasi kaum muda Indonesia terutama melalui program-program yang telah berjalan di Microsoft Innovation Center yang telah berada di 4 universitas negeri. Inovasi merupakan pemicu ekonomi di mana menjadi salah satu penyumbang devisa suatu negara terbesar dan kami berharap Indonesia akan menuainya dalam waktu yang tidak lama lagi," katanya. Ella bersama timnya kini juga terus mengembangkan beberapa proyek game yang diharapkan akan menjadi contoh inovasi karya anak bangsa seperti Butterfly.
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2008